Monday, July 6, 2015

Mengkhawatirkan, Sebulan 18 Kasus Baru AIDS Ditemukan

KUDUS – Kabupaten Kudus rupanya menyimpan gunung es dalam kasus penyakit HIV/AIDS. Belasan kasus baru ditemukan hanya dalam waktu satu bulan saja. Sebuah angka dan fakta yang mencengangkan dan mengkhawatirkan.

Misalnya saja pada bulan Juni 2015 ini, sebanyak 18 kasus baru AIDS ditemukan. Ini menambah jumlah penderita selama kurun waktu 2008-2015, yang tercatat sebanyak 315 orang.

”Itu memang temuan kami selama bulan Juni kemarin. Ada 18 penderita baru yang kami temukan. Dan cukup mengagetkan, karena ini bisa saja jumlah itu sebenarnya lebih besar dari yang sebenarnya,” kata aktivis HIV/AIDS Kudus, Eni Mardiyanti, kepada koran muria, Senin (6/7/2015).
Dari jumlah 18 orang tersebut, masih didominasi kaum laki-laki. Yakni mencapai angka 13 orang. Sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang.

”Tapi dari 18 orang tersebut, sebanyak tiga orang di antaranya sudah meninggal. Yaitu dua laki-laki dan satu perempuan. Sehingga tinggal 15 orang, yang menambah panjang jumlah penderita dari tahun 2008-2015 menjadi 315 orang,” tuturnya.

Eni bersyukur bahwa dari belasan orang tersebut, tercatat tidak ada anak-anak yang kemudian terinfeksi. Namun, jumlah penderita yang positif mengidap AIDS sendiri, berasal dari usia produktif.
”Ini yang kemudian sangat memprihatinkan. Bagaimana seseorang yang produktif itu, sampai saat ini masih menjadi orang-orang yang terkena infeksi HIV/AIDS. Sungguh membuat kami prihatin sekali. Jumlahnya mendominasi dari keseluruhan penderita,” paparnya.

Tiga Homoseksual Atau LSL Positif AIDS
Dari 18 temuan penderita AIDS yang ditemukan pada bulan Juni lalu, sebanyak tiga orang di antaranya adalah penderita dari kategori Lelaki Seks Lelaki (LSL). Alias kaum homoseksual. Ini adalah temuan baru.

Aktivis AIDS Kudus Eni Mardiyanti mengatakan, ada tiga orang yang berkategori tersebut, yang kemudian positif terinfeksi AIDS. ”Ya, istilahnya memang LSL atau Lelaki Seks Lelaki (LSL). Dan itu merupakan bagian dari 18 orang yang positif tadi,” jelasnya.

Faktor seks, menurut Eni, masih mendominasi penularan HIV/AIDS. Banyak yang kemudian tertular akibat dari faktor ini. ”Baik itu yang dilakukan secara bebas, ataupun kemudian dari suami yang tertular AIDS kepada istrinya,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, hanya dalam waktu satu bulan, yakni bulan Juni 2015 saja, sebanyak 18 kasus baru AIDS ditemukan di Kabupaten Kudus. Ini menambah jumlah penderita selama kurun waktu 2008-2015, yang tercatat sebanyak 315 orang.

Selain seks, faktor penular lainnya dari penyakit yang sampai saat ini belum diketahui obatnya itu, adalah melalui jarum suntik yang dipakai bersama-sama. Jika salah satunya menderita AIDS, maka bisa menular ketika ada satu jarum suntik yang dipakai bersamaan.

Kemudian, ada juga penularan melalui donor darah. Di mana seseorang yang dinyatakan AIDS, bisa saja menularkan penyakit tersebut melalui aktivitas tersebut.

”Hanya penularan melalui donor darah ini sangat kecil kemungkinan terjadi. Pasalnya, darah yang sudah didonorkan kan, sudah melalui pemeriksaan yang ketat terlebih dahulu. Sehingga bisa terdeteksi kalau kemudian darah itu bermasalah,” terangnya.

Sistem Online untuk Cek Darah Pendonor
Terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit HIV/AIDS melalui donor darah, memang patut disikapi dengan baik. Tidak perlu ada kekhawatiran, karena memang proses donor darah sudah sedemikian ketat dilakukan.

Unit Donor Darah (UDD) PMI Cabang Kudus memiliki sistem yang kemudian bisa mendeteksi, apakah darah Anda layak didonorkan atau tidak. Jaringannya bahkan sudah online hingga ke tingkat PMI Pusat.

”Jaringan atau sistem online ini, akan bisa mengenali apakah darah seorang pendonor itu baik atau tidak. Sehingga bis diantisipasi sejak awal,” kata Kepala UDD PMI Cabang Kudus dr Annathesia, belum lama ini.

Jika kemudian diketahui kalau darah pendonor itu tidak layak, menurut Anna, datanya akan dikirimkan ke jaringan PMI yang ada. Sehingga, di manapun orang tersebut berdonor, maka akan langsung diketahui kalau darahnya tidak layak.

”Itu kan, sudah merupakan database, ya. Sehingga saat seseorang mendaftarkan diri, kemudian diketahui bahwa darahnya tidak layak, maka dia akan ditolak untuk donor. Ini database sudah terhubung secara nasional,” paparnya.

Biasanya, menurut Anna, orang yang darahnya mengalami masalah tersebut, akan diberikan surat tembusan oleh UDD PMI. Mereka akan diminta untuk melakukan konseling mengenai apa yang kemudian membuat darahnya dicekal untuk donor.

”Kita surati orang tersebut. Kita jadwalkan untuk konseling. Dengan begitu, dia akan mengetahui masalah darah yang menimpanya. Sehingga bisa ditangani lebih lanjut,” katanya.
Sayangnya, banyak yang kemudian mengabaikan peringatan ini. Mereka tidak segera menindaklanjuti imbauan untuk konseling tersebut. Akibatnya ketika mereka hendak mendonorkan darahnya lagi, mereka ditolak.

”Padahal, ini adalah kesempatan untuk bisa mengetahui sebenarnya apa yang terjadi pada darah seseorang. Sayangnya, banyak yang tidak aware akan hal ini,” jelasnya. (MERIE)

http://www.koranmuria.com/2015/07/06/7948/mengkhawatirkan-sebulan-18-kasus-baru-aids-ditemukan.html


Ratusan Perempuan Berjilbab Idap HIV/AIDS

BANGKALAN - Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa menyebutkan 90 persen penderita HIV/AIDS di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, merupakan perempuan berjilbab dan dari keluarga baik-baik.

"Persentase 90 persen ini dari data sebanyak 564 perempuan yang dinyatakan positif menderita HIV/AIDS," kata Khofifah Indar Parawansa di sela-sela haul Ulama Madura di Desa Petereman, Bangkalan, Jawa Timur, Minggu (7/6/2015).

Setelah diteliti, katanya, ke-90 persen perempuan berjilbab yang terinfeksi virus HIV/AIDS tersebut, karena suaminya, memang sering menggunakan jasa pekerja seks komersial (PSK). Sedangkan, PSK yang sering menjadi teman kencan para suami perempuan-perempuan ibu rumah tangga itu, merupakan PSK yang terserang HIV/AIDS. "Akibatnya, ibu-ibu rumah tangga yang baik-baik di rumahnya itu, juga ikut tertular HIV/AIDS," katanya.

Di hadapan para santri dan ulama pengasuh pondok pesantren se-Madura itu, Mensos juga mengemukakan, bahwa yang sering menjadi alasan sebagian orang, khusus wanita terjerumus dalam dunia prostitusi, karena alasan ekonomi. Namun, faktor ekonomi bukan satu-satunya alasan. Ada yang karena keluarganya bermasalah, sehingga menjadikan dunia prostitusi sebagai tempat pelarian.
"Memang faktor ekonomi sangat menentukan. Tapi jika komitmen keagamaan kuat, tentu akan menjadi benteng untuk berbuat sesuatu yang dilarang oleh agama," katanya.

Mensos menjelaskan, saat ini, pemerintah memang sedang memfokuskan pada upaya penanganan masalah-masalah sosial yang terjadi di Indonesia, termasuk upaya menghapus praktik prostitusi. "Bapak Kiai dan Ibu Nyai, mohon sambung doanya, saya besok akan ke Ponorogo, akan melakukan penutupan lokalisasi di sana, dan ini merupakan lokalisasi ke-13 yang ditutup di Indonesia," katanya sembari mendapatkan tepuk tangan hadirin yang hadir acara itu.

Kepada para santri dan para ulama serta juru dakwah di Pulau Garam Madura ini, Mensos Khofifah Indar Parawansa juga mengajak, agar dakwah kedepan tidak hanya dilakukan dengan perkataan, akan tetapi juga tindakan.

"Untuk memperbaiki perekonomian masyarakat, kita tentunya perlu melakukan langkah nyata dalam bidang ekonomi dan kami salut atas gerakan ekonomi yang telah dilakukan pondok Pesantren Sidogiri dengan lembaga keuangannya yang kita kebal Baitul Mal Wattanwil (BMT)," kata Khofifah.
(ful)
http://news.okezone.com/read/2015/06/07/519/1161664/ratusan-perempuan-berjilbab-idap-hiv-aids
 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews