Saturday, October 8, 2016

Soloraya Hari Ini: 65 Penderita HIV/AIDS Baru Ditemukan

http://spiritia.or.id/Stats/stat2016.pdf

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 65penderita baru virus HIV/AIDS ditemukan di Sukoharjo selama semester I 2016. Lima orang di antaranya meninggal dunia.
Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Menular DKK Sukoharjo, Bambang Sudiyono, mengatakan jumlah penderita baru virus mematikan itu terbanyak terdapat di wilayah Polokarto yakni 23 orang. Tiga di antara penderita baru virus HIV/AIDS itu telah meninggal dunia.
Kabar 64 orang penderita HIV/AIDS ditemukan di Sukoharjo selama semester 1 2016 menjadi headline Solopos hari ini halaman Soloraya. 
http://www.solopos.com/2016/09/30/solopos-hari-ini-soloraya-hari-ini-65-penderita-hivaids-baru-ditemukan-757204

Kerajinan dari Bahan Rotan Disukai Pasar Luar Negeri

MerahPutih Budaya – Ternyata, kerajinan rotan hasil karya tangan-tangan masyarakat Curug, Kabupaten Tangerang banyak disukai masyarakat di luar negeri. Alsannya, karena selain produk kerajinan dari bahan alami rotan ini lebih ramah lingkungan, hasil kerajinan tangan masyarakat Curug lebih rapi, dan memiliki ciri khas tersendiri.
Kusmana (32), salah seorang penggiat kerajinan rotan di RT 05/08 Kampung Margasari, Kelurahan Curug Kulon, Kecamatan Curug yang berhasil diwawancarai merahputih.com, mengaku, ia sering memgirim produk kerajinan rotannya ke Belanda, Jerman, dan Amerika.
Produk kerajinan yang kerap dikirim tersebut adalah keranjang sepeda, dan rak. “Yang dikirim ke Belanda atau ke Jerman ini keranjang sepeda. Jadi, sepeda-sepeda di sana itu keranjang yang ada di depannya itu pakai keranjang dari rotan, dari sini (Curug-red). Kalau yang dikirim ke Amerika, itu rak-rak kecil,” ungkap Kusmana, Jumat (07/10).
Ia juga mengatakan, alasan produk kerajinan keranjang, atau rak dari rotan bisa disukai oleh masyarakat di Jerman, Belanda, dan Amerika, karena bahan tersebut mudah hancur, dan ketika sudah tak terpakai, tidak menyisakan limbah seperti bahan plastik atau sintetis. “Orang di sana kan begitu, enggak suka menyisakan sampah plastik atau sintetis, makanya menggunakan bahan alami, rotan ini. Dipakai, rusak, bisa lebur, tidak seperti plastik atau sintetis,” katanya.
Untuk bisa menerobos pasar luar negeri, kata Kusmana, ada beberapa kreteria yang harus dipenuhi, yaitu selain harus benar-benar memiliki keseragaman bentuk, tingkat kerapian juga menjadi penilaian. Termasuk kuwalitas bahan baku rotan yang digunakan. “Ya, selektif banget. Karena dilihat dari ukuran, semua harus benar-benar sama. Bahan baku rotan juga harus yang super. Sekali kirim itu bisa beberapa kontainer,” ucapnya.
Selain keranjang sepeda, kerajinan rotan lain yang disukai di luar negeri adalah peti mati. Kusmana mengaku, peti mati anyaman dari rotan ini dikirim ke Australia. Satu peti mati ia jual dengan harga Rp 2, 5 juta. (Widi)
http://indonesiana.merahputih.com/budaya/2016/10/07/kerajinan-dari-bahan-rotan-disukai-pasar-luar-negeri/46642/

Kemiskinan di Belakang Kantor Wali Kota Tangerang Selatan

Di belakang kantor Wali Kota Tangsel banyak warga miskin seperti janda, dhuafa, dan penyandang tuna daksa yang luput dari perhatian pemerintah.

TANGERANG SELATAN – Di gubuk seluas 5x6 meter berdinding papan triplek dan beralas tanah itu tinggal seorang kakek yang terus berjuang ditengah kerasnya hidup. Namanya Suroto di usia nya yang ke 63, kakek ini sudah hampir lumpuh total. Dia hanya bisa berjalan sejauh 5 meter, itu pun dengan langkah yang terseok-seok.
Suroto lumpuh sejak 15 tahun lalu akibat kecelakaan dialaminya saat bekerja sebagai kuli bangunan. Kecelakaan pahit itu membuat kepala rumah tangga yang mempunyai seorang putri ini hanya bisa pasrah dengan ketidakberdayaannya untuk mencari nafkah untuk keluarganya.
"Bingung mau kerja apa lagi. Kaki saya sudah lumpuh. Dan tidak kuat untuk berjalan jauh," ujar kakek berkacamata tebal itu, saat disambangini dikediamanya, Jumat (30/9/2016).
Beruntung, Suroto ditemani istrinya Yanti (55) yang setia merawat. Sang istri dengan susah payah harus berkeliling berjualan lontong untuk mencukupi kehidupannya sehari – hari. Dalam membuat lontong, Yanti dibantu sang puteri yang mencari pelepah pisang untuk pembungkus lontong, serta kayu bakar yang digunaka untuk berebus air. Mereka memilih bahan bakar kayu untuk menghemat biaya.
Bertetangga dengan Suroto juga tinggal sepasang suami istri lanjut usia. Tina seorang nenek berusia 80 tahun dengan setia setiap hari merawat suaminya Fiasat (80), yang kondisinya juga mengalami lumpuh pada kaki dan tangan kanannya.
Kondisi sang suami yang hanya dapat berbaring dan duduk di kasur, ditambah kesulitan bicara sejak puluhan tahun lalu itu, membuat pasangan yang tidak dikaruniai anak itu pun semakin terpuruk perekonomiannya.
Bahkan, Tina dan suaminya untuk tak jarang menahan lapar seharian penuh lantaran tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Dia pun hanya bisa menunggu belas kasih dari warga sekitar yang terkadang memberinya uang, beras, atau makanan.
"Kalo makan nunggu tetangga ada yang ngasih. Tetangga di sini sudah seperti saudara semua. Tembok nenek juga dibangun sama pak RT dan warga sini. Sebelumnya sudah hampir roboh," tutur nenek.
Pantauan Infonitas.com rumah petak yang ditinggali pasangan manula itu masih beralaskan tanah, dapur dengan kasur menyatu dan tidak ada kamar mandi. Alat elekronik pun hanya ada radio jaman dulu yang dijadikan hiburan bagi sang suami. Untuk kamar mandi ketika nenek itu ingin membersihakn dirinya dan ingin memandikan suaminya harus berjalan sekitar 500 meter menuju sumur yang bersebelahan dengan kandang kambing.
Tak Tersentuh Pemerintah
Kisah keluarga Suroto dan Nenek Tinah ini bisa ditemui di Kampung Maruga RT03/04, Kelurahan Serua, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Ironisnya keluarga miskin ini tinggal tepat di belakang Kantor Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Di Kampung Maruga, tepat di belakang Kantor Wali Kota Tangsel banyak sekali keluarga yang hidup jauh dari kata layak. Mereka hidup ditengah kemiskinan selama puluhan bahkan belasan tahun. Namun tak tersentuh oleh Pemkot Tangsel.
Kehidupan mereka seakan bertolak belakang dengan megahnya Gedung Pamkot Tangsel. Kantor Airin Rachmy Diany itu seakan tidak peduli dengan kemiskinan masyarakat disekelilingnya. Seperti yang diutarakan Cipto Ketua RT 03/04, yang mengaku pihaknya telah mendata ada 3 rumah warga yang menurutnya perlu mendapatkan program renovasi rumah atau bantuan sosial dari pemerintah.
"Masih ada 3 rumah yang belum dapat bantuan. Selain rumah pak Suroto dan bu Tina, ada juga 1 rumah kurang layak, janda dhuafa istri dari mantan RT sini yang meninggal," paparnya.
Cipto juga mengaku, sudah 2 tahun melakukan pendataan warga miskin yang tinggal tepat di belakang Kantor Wali Kota Tangsel. Namun hingga kini belum ada realisasi dari dinas terkait untuk memberikan bantuan bagi warganya. "Apalagi ini kampung ini di belakang kantor Bu Arin. Saya harap adanya bantuan. Karena bantuan itu sangat berpengaruh keberlangsungan hidup warga," tandasnya.

http://www.solopos.com/2016/09/30/solopos-hari-ini-soloraya-hari-ini-65-penderita-hivaids-baru-ditemukan-757204

PMI CIANJUR EVAKUASI 14 KORBAN KECELAKAAN BUS

Kecelakaan naas menimpa bus Kobutri bernomor polisi B 7503 WT jurusan Sukabumi-Cirebon mengalami kecelakaan di Jalan Raya Sukabumi-Cianjur, tepatnya di Jalur Gekbrong, Kampung Jatisari, Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Selasa 4 Oktober 2016.
 
Diduga hilang kendali dan rem blong bus meluncur bebas hingga terperosok ke sebuah parit di depan perusahaan air mineral, di Kampung Jatisari, Desa/Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur.
"Sebelumnya keseluruhan korban di bawa ke klinik PMI Cianjur untuk mendapatkan pelayanan pertolongan pertama dahulu, sebelum mereka di rujuk Ke RSUD Cianjur untuk mendapatkan perawatan lanjutan," Ungkap salah satu petugas Klinik PMI Cianjur, Trisandi Nugraha.
 
Sementara itu, Pengurus PMI yang juga berada di lokasi, Rudi Syachdiar, mengatakan dalam membantu proses evakuasi korban ini, pihaknya menerjunkan personil Tim Ambulans beserta dua unit kendaraan Ambulans PMI dan satu kendaraan taktis rescue dengan di bantu 5 unit ambulans dari Puskesmas dan RSUD Cianjur.
 
Berdasarkan data yang dihimpun di Klinik Cianjur, jumlah keseluruhan korban terdiri dari 14 Korban.  Enam dinyatakan luka berat dan 8 mengalami luka ringan.
 
Setelah mendapatkan pertolongan, keseluruhan korban di rujuk ke RSUD Cianjur untuk memdapatkan perawatan medis lanjutan.
 
Salah satu kesaksian korban, Intan, warga Cisaat Kabupaten Sukabumi menceritakan, Bus melaju kencang dari arah Sukabumi menuju arah Cianjur  saat di jalan menurun sempat ada orang yang menyebrang, diduga supir hilang kendali dan rem blong supir. Akhirnya banting setir ke kiri dan menabrak pembatas jalan sebelum akhirnya terperosok ke parit di depan salah satu perusahaan air mineral Gekbrong, Cianjur.
 
"Saya tidak menduga akan terjadi kecelakaan seperti ini dan akhirnya saya harus mendapatkan 8 jahitan" Ungkap Intan yang sempat mendapatkan tindakan medis akibat luka serius di pipi kanan.
 
Tidak ada korban jiwa dalam musibah kecelakaan ini, namun kesemua korban harus mendapatkan perawatan medis di RSUD Cianjur akibat cidera yang di alaminya.

http://www.pmi.or.id/index.php/berita-dan-media/peristiwa/item/863-pmi-cianjur-evakusi-14-korban-kecelakaan-bus.html

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews