Wednesday, April 25, 2018

6 Tahun 360 Jam Alami Kemacetan di DKI Jakarta


Belum lama ini Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya menyelenggarakan seminar Permasalahan dan Penanganan Transportasi Online di DKI Jakarta, dan begitu banyak persoalan yang muncul dipertanyakan, menjadi bahan perdebatan serta pastinya tak cukup sehari untuk diperbincangkan, sebab imbasnya pun ke masalah semakin macetnya Ibukota negara ini. 

Sehingga saya bersama jurnalis yang lain pun tak ada kesempatan, untuk mempertanyakan persoalan lalu lintas yang menurut kami adalah suatu masalah, atau sekadar menyampaikan sumbang saran di dalam seminar yang diselenggarakan oleh korps Bhayangkara tersebut. 

Masalah kemacetan di DKI Jakarta yang sudah sedemikian akut, selain menyita waktu dan memboroskan bahan bakar, juga membuat berbagai kerugian yang berdampak luas bagi masyarakat. Walau di satu sisi, kemacetan di jalan tol menjadikan lahan bagi para pedagang tahu, kacang dan makanan lainnya nekat merangsek masuk ke jalan tol, demi sesuap nasi serta mimpi-mimpi sederhana mereka dalam menjalani kehidupan. 

Dari aneka bentuk kendaraan yang setiap hari terjebak kemacetan di jalan raya dan di jalan tol, pastinya memiliki kepentingan masing-masing yang jika diklasifikasikan tentu ada tingkatan nilai bahkan bukan hanya penilaian dari segi materi, tapi juga nyawa.
Negara yang sedemikian luas ini berlandaskan Pancasila di dalamnya ada dua sila yang juga tak kalah penting, yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sehingga tidak ada larangan bagi siapa saja Rakyat Indonesia yang ingin datang ke Jakarta, mencari pekerjaan dan berkompetisi di hutan beton ini. 

Walau tidak sedikit kita melihat bangunan Ruko atau Gedung yang dari awal dibangun sampai bertahun-tahun lamanya tidak laku, atau kurang berdaya guna bahkan ada yang tidak ada fungsinya sama sekali. Entah karena pengusaha atau investor akan berpikir dua kali untuk membuka peluang dan menjalankan usaha di Jakarta, lantaran salah satu persoalan yaitu masalah kemacetan! 

Ada lebih dari puluhan juta orang di DKI Jakarta, baik itu penduduk atau hanya pendatang. Pendatang tentunya akan silih berganti dengan masa tinggal yang berbeda-beda, dan sudah pasti sebagian hidupnya ada di jalan raya.

Di dalam kemacetan sehari-hari pulang pergi, dari hasil obrolan dengan pengemudi mobil pribadi, taxi, driver online, truk hingga pengendara sepeda motor cukup beragam jika berbicara soal waktu yang terbuang akibat kemacetan. Dimana seharusnya jarak tempuh jika tidak terlalu macet atau tidak macet sama sekali, hanya kurang lebih 30 menit atau satu jam telah sampai ke tempat kerja, tempat tujuan atau pulang ke rumah, apartemen. Sehingga jika kita rata-rata sederhanakan waktu menjalani macet, katakanlah 3 jam sehari dan 25 hari kerja atau aktivitas sekolah, kerja dalam sebulan.

Kemudian misalkan usia orang Indonesia 63 tahun dikurangi 5 tahun (balita) belum sekolah, belum banyak aktivitas, maka ada usia 58 tahun aktivitas. Maka jika kita kali dan kalkulasi dengan angka-angka pasti, membuat saya pun tercengang! Sebab ada masa 6 tahun 360 jam kehidupan terbuang hanya karena macet!

3 jam x 25 (hari) = 75 jam
75 jam x 12 (bulan) = 900 jam
900 jam x 58 (tahun) = 52.200 jam
24 jam x 360 (hari) = 8.640 jam
8.640 jam x 6 (tahun) = 51.840 jam
52.200 jam – 51.840 jam = 360 jam
8.640 jam x 58 (tahun) = 501.120 jam
Ada selama 6 tahun 360 jam menjalani hidup di dalam kemacetan!

Kamis 26 April 2018

Oleh: M. Danial Bangu


SATU DIANTARA SOLUSI KEMACETAN DI IBUKOTA

Jadi bagaimana solusinya untuk mengurangi kemacetan di DKI Jakarta? Haruskah dilakukan upaya yang fundamental namun berkeadilan?

Nanti kutuliskan...


Tuesday, February 20, 2018

Beasiswa Pelatihan Jurnalistik British Council (Fully Funded) Deadline 28 Februari 2018

British Council membuka pendaftaran program Future News Worldwide 2018. Kandidat terpilih akan dibiayai secara penuh (fully funded) untuk mengikuti pelatihan di Skotlandia. Mahasiswa dari semua jurusan boleh mendaftar. Beasiswa pelatihan jurnalistik ini mencakup biaya penerbangan, akomodasi, konsumsi, dan lain-lain.
Detail Program Future News Worldwide
Future News Worldwide dilaksanakan atas kerja sama British Council dengan berbagai media terkemuka di dunia. Tujuannya ialah meningkatkan skill jurnalisme peserta dan membangun jaringan pemimpin media masa depan di seluruh dunia.
Program ini merupakan pelatihan intensif selama dua hari, tanggal 5 – 6 Juli di Edinburgh, Skotlandia. Peserta dapat mengembangkan kemampuan praktis dan editorial saat mengikuti pelatihan ini.
Setelah konferensi di Skotlandia tersebut, peserta akan dibina selama setahun. Pembinaan ini untuk menerapkan hasil pembelajaran peserta dan mengembangkan kemampuan profesional peserta.
Komponen Beasiswa Pelatihan Jurnalistik (British Council)
Beasiswa pelatihan jurnalistik dari British Council ini mencakup:
1. Biaya penerbangan PP.
2. Biaya visa (jika diperluan).
3. Akomodasi.
4. Konsumsi selama konferensi.
5. Biaya lainnya yang berkaitan dengan konferensi.
Kualifikasi Pelamar Future News Worldwide
Pelamar Future News Worldwide harus memenuhi kriteria:
1. Merupakan mahasiswa sarjana atau pascasarjana semua jurusan.
2. Berusia 18 – 25 tahun pada 1 Juli 2018.
3. Berkomitmen terhadap karir di bidang jurnalisme dalam berbagai bentuk.
4. Kemampuan bahasa Inggris setara dengan IELTS skor 6,5.
5. Dapat hadir ke UK pada tanggal 2 – 8 Juli 2018.
Berkas Persyaratan dan Proses Pendaftaran
Pelamar hanya perlu mengisi Formulir Pendaftaran Online (lihat di website nya). Namun, jika terpilih, pelamar harus menyiapkan berkas bukti telah memenuhi kriteria kualifikasi pelamar (misalnya KTM, KTP, dan lain-lain).
Sebelum mengisir formulir, pelamar harus menyiapkan Motivation Statement dan reportase tentang politik, lingkungan, teknologi, atau sosial. Ketentuan Motivation Statement dan repostase selengkapnya lihat di How to Apply (https://shar.es/1MSovw).
Pendaftaran dibuka sampai tanggal 28 Februari 2018pukul 23:59 GMT.
Informasi selengkapnya terkait beasiswa pelatihan jurnalistik ini pelajari di website resmi: https://www.britishcouncil.org/future-news-worldwide.

http://belmawa.ristekdikti.go.id/2018/01/24/beasiswa-pelatihan-jurnalistik-british-council-fully-funded-deadline-28-februari-2018/

Tuesday, February 13, 2018

Kasihan... Badan Wahyudin Kurus Kering Diduga Penderita Gizi Buruk, Tinggal di Semanan

Rumah kontrakan tempat tinggal Muhammad Wahyudin (12) di Semanan. (Warta Kota/Panji Baskhara Ramadhan)
WARTA KOTA, KALIDERES---Muhammad Wahyudin (12), anak yang tinggal di RT 08 RW 05, Kampung Asem Warung Pojok, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, diduga mengalami gizi buruk. Ia diduga menderita gizi buruk karena tidak mendapatkan perhatian dari ayah tirinya, dn Wahyudin kini dirawat di Rumah Sakit Tarakan.
Keluarga Wahyudin tidak mengetahui betul soal penyakit yang diderita Wahyudin. Keluarganya hanya mengetahui kalay Wahyudin menderita gizi buruk. Kondisi tubuh Wahyudin lebih terlihat tulang yang dilapisi kulit.
Wahyudin, dikenal anak yang periang. Namun kini hanya terbaring lemah di tempat tidur, dari sejak malam Tahun Baru 2018.
Awal mula kejadian, Wahyudin terbaring lemah saat perutnya mulas. Ibunya, Sri Wahyuni (30), saat itu hanya membawan Wahyudin ke puskesmas terdekat.
Hanya saja obat yang diberikan tidak membuat Wahyudin kembali berdiri dan semangat untuk bisa bermain bersama teman-temannya. Tidak hanya itu, kondisinya semakin parah dan tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Kondosi tubuh Wahyudin ini justru semakin memburuk. Badannya tidak terisi.
"Kami keluarga mengira apabila Wahyudin itu hanya mengalami penyakit biasa-biasa saja. Ternyata justru semakin memburuk. Pada bagian tubuhnya terlihat kurus tidak berdaging dan susah untuk berdiri. Wahyudin kala malam tahun baru perutnya mulas. Seminggu kemudia dia ambruk," kata nenek Wahyudin, Tursinah (52), Minggu (11/2/2018).
Tursinah mengatakan, ibu kandung Wahyudin itu bekerja sebagai karyawan di salah satu restoran di wilayah Glodok, Tamansari, Jakarta Barat. Sementara ayahnya, sudah meninggal dunia beberapa waktu silam, dan kini memiliki ayah tiri, Irawan.
"Tapi ayah tirinya tidak memertahikan kondisi Wahyudin. Sri punya anak dua. Wahyudin anak pertama Sri. Kondisi Wahyudin saat ini membuat anak itu tak sekolah. Wahyudin itu kelas empat SD Ashomadiyah dekat rumah," kata Tursinah.
Sementara itu, Samsudin Ketua RT 08 RW 05 Kelurahan Semanan, mengatakan, keluarga Wahyuni itu sudah melaporkan keberadaannya tinggal di salah satu kontrakan H Nasir. Sekitar lima bulan mereka tinggal di kawasan tersebut.
"Sebenarnya keluarga Wahyudin berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Sudah melapor ke pihak RT RW di sini. Sudah tinggal lima bulan di sini," kata Samsudin.
http://wartakota.tribunnews.com/2018/02/11/badan-wahyudin-kurus-kering-diduga-penderita-gizi-buruk-tinggal-di-semanan

Wednesday, February 7, 2018

Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah (LKAS) Tahun 2018 - Rp 200 Juta

Sejarah adalah pembentuk jati diri bangsa. Apa dan bagaimana bangsa Indonesia kini merupakan hasil dari proses panjang sejarah. Dalam sejarah terkandung nilai yang mendalam bagi kehidupan baik sebagai individu, anggota masyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu sejarah merupakan hal penting untuk selalu diingat dan menjadi modal pengambilan keputusan pada masa kini dan yang akan datang serta bermakna sebagai guru berharga yang berasal dari pengalaman masa lalu.
Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menanamkan karakter bangsa Indonesia melalui pendidikan sejarah. Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah adalah lomba di bidang audiovisual yang mengangkat sejarah maupun budaya masyarakat lokal di sekitar peserta. Lomba ini bertujuan agar siswa aktif dalam mencari sumber sejarah yang tersedia di sekitar lingkungannya, baik itu berupa peristiwa sejarah lokal, tempat-tempat bersejarah, bangunan bersejarah, tokoh daerah/pelaku dan saksi sejarah/veteran pejuang kemerdekaan. Sumber sejarah yang telah mereka dapatkan kemudian dikemas dalam bentuk audiovisual.
Generasi muda sebagai bagian dari bangsa perlu mengetahui sejarah bangsanya. Oleh karena itu dengan merekam dan membuat karya sendiri, generasi muda diharapkan akan lebih mengenal sejarah dan budayanya, sehingga muncul rasa cinta dan bangga terhadap tanah air, yang pada akhirnya menumbuhkan tanggung jawab untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan ini sejalan dengan kurikulum sekolah yang bermuatan lokal dimana hasilnya dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar yang menarik.
TEMA:
SEJARAH IDENTITAS NEGERIKU – “Anak Muda Melek Sejarah

TOPIK:
  1. Sejarah Lokal (Tokoh dan Peristiwa) dan Sosial
  2. Sejarah Warisan Budaya (Bangunan Sejarah)
  3. Sejarah Olahraga (Tokoh, Perkumpulan, Aktifitas, Olahraga Tradisional)

 LATAR BELAKANG:
  1. Pentingnya sejarah bagi pendidikan karakter generasi muda
  2. Alternatif media pemahaman sejarah dan nilai budaya yang kreatif dan edukatif
  3. Menyalurkan minat generasi muda di bidang seni audiovisual
  4. Mendorong pelajar untuk menghasilkan karya seni bermuatan sejarah yang dikemas dengan lebih atraktif.

TUJUAN:
  1. Mendorong rasa cinta dan kebanggaan terhadap nilai-nilai sejarah bangsa;
  2. Meningkatkan pemahaman dan kebanggaan terhadap kebhinekaan;
  3. Menciptakan alternatif media pembelajaran sejarah yang menarik (tidak membosankan);
  4. Menyalurkan minat dan kreativitas generasi muda dibidang audiovisual;
  5. Mendorong dan memotivasi generasi muda/pelajar untuk menghasilkan karya seni yang bermuatan sejarah hingga sejarah mampu dikemas dengan lebih inovatif dan atraktif.

PERSYARATAN PESERTA
  1. Memiliki minat dan perhatian terhadap sejarah dan budaya;
  2. Peserta adalah pelajar tingkat SMA/SMK/MA/sederajat;
  3. Peserta merupakan tim/kelompok yang tediri dari tiga orang pelajar SMA/ SMK/ MA sederajat ;
  4. Mengirimkan Proposal yang berisi judul, alur cerita, sinopsis dokumenter audiovisual dan lampirannya seperti biodata peserta, surat ijin dari sekolah, dan fotokopi kartu pelajar dalam satu berkas proposal dan sinopsi proposal paling banyak maksimal 5 lembar;
  5. Format pengiriman email bagian subjek diisi nama sekolah (spasi) judul;
  6. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah (LKAS) 2018. Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK)LKAS 2018 dapat diunduh disini
  7. Berkas proposal dikirimkan dalam bentuk hardcopy dan softcopy ke alamat Subdit Program, Evaluasi dan Dokumentasi, Direktorat Sejarah, gedung E lantai 9, Kompleks Kemendikbud Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta, 10270 dan email lkaudiovisualsejarah@gmail.com

TAHAPAN KEGIATAN
  1. Pengumuman dan pengumpulan proposal
Pengumuman dan pengumpulan proposal mengenai Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah untuk SMA/SMK/MA sederajat di seluruh Indonesia untuk disebarluaskan kepada para pelajar 29 Januari 2018 s.d 29 Maret 2018;
  1. Seleksi proposal
Seleksi peserta Lomba dilakukan oleh tim juri yang terdiri dari Direktorat Sejarah, sejarawan, antropolog, pakar bidang dokumenter, dan wakil dari Direktorat Sejarah 2 April 2018.;
  1. Pengumuman proposal terpilih
Pengumuman proposal 60 terpilih akan diumumkan di https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditsejarah dan para peserta akan dihubungi oleh panitia April 2017;
  1. Workshop perekaman
Para peserta yang lolos seleksi proposal akan mengikuti workshop perekaman. Peserta workshop terdiri dari 60 tim, yang akan mengikuti workshop dengan komposisi 20 tim di Medan, 20 tim di Bogor, dan 20 tim di Makassar dengan rentang waktu pelaksanaan 18 April – 19 Mei 2018 dan untuk lokasi workshop akan disesuaikan berdasarkan domisili tempat tinggal peserta.;
  1. Riset dan perekaman
Setelah mengikuti workshop, peserta melakukan riset pustaka maupun wawancara narasumber terkait di daerah masing-masing. Setelah melakukan riset baik data primer dan sekunder peserta melakukan perekaman yang akan dituangkan dalam bentuk DVD berurasi 15 s.d 20 menit.  22 April – 19 Juli 2018;
  1. Penerimaan DVD peserta oleh panitia.
Setelah perekaman, peserta mengirimkan DVD karya kepada panitia paling lambat pada tanggal 21 Juli 2018.
  1. Penjurian 10 Besar
Tim Juri akan melakukan penilaian karya perekaman dan memilih 10 karya terbaik untuk mengikuti babak final, pada 23 Juli 2018.
  1. Finalisasi dan Apresiasi Pemenang
Finalis melakukan presentasi karya dihadapan para juri untuk menentukan Pemenang. Pelaksanaan finalisasi dan Apresiasi Pemenang akan diselenggarakan di Jakarta pada bulan Agustus 2018

KRITERIA PENILAIAN PROPOSAL
  1. Substansi Sejarah dan Budaya
  2. Kesesuaian Alur Cerita (Skenario)
  3. Ide dan Kreativitas

TOTAL HADIAH
Rp200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah).

Informasi lebih lanjut:
Imam (081210162779)
Ami (081321602430)
Naimah (082312314041)
Yorki (085722749200)
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditsejarah/2018/01/29/lomba-kreasi-audiovisual-sejarah-lkas-tahun-2018/

Monday, January 23, 2017

KOMPETISI PEJUANG KESEHATAN 2017, MENARIK NIH!


KAMI MENCARI PEJUANG KESEHATAN
Sebagai salah satu pilar pembangunan bangsa, kesehatan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Sayangnya, di tengah derasnya arus kapitalisme seperti sekarang, hak memperoleh kesehatan untuk semua elemen masyarakat terbilang cukup sulit dan timpang.
Kita merindukan sosok seseorang yang dengan nuraninya berani "mengabdi dan berjuang demi kemanusiaan", yang menyerahkan tenaga dan kemampuannya untuk kesehatan orang-orang sekitar. Seorang yang dengan ikhlas membantu si sakit siapapun orangnya, tanpa memandang darimana asalnya.
Merekalah para "Pejuang Kesehatan" yang tak lelah berbuat demi menyemai manfaat. Mereka yang bergerak dalam sunyi tanpa butuh apresiasi. Merekalah orang-orang yang selayaknya patut dipuji.
Kini saatnya, kita angkat harkat mereka. Agar dunia tahu, masih banyak orang baik yang patut ditiru. Agar semangat kebaikan yang mereka bawa menyebar pada setiap individu. Agar kita tak lagi acuh, terhadap orang-orang baik yang berjuang demi menegakkan rasa kemanusiaan yang tinggi seperti dulu.
Apakah mereka ada di sekitarmu? Tak sepatutnya kita hanya diam. Daftarkan mereka di bit.ly/pejuangkesehatan
CP: 0812 1033 4571 (Iswahyudi) https://www.facebook.com/GeraiSehatRorotan1

Peserta Puisi Tema Perdamaian

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko khususnya dari Lesbumi NU Maroko yang bekerjasama dengan LTNNU Maroko mengucapkan ribuan terima kasih atas respon dan partisipasi para peserta dalam mengikuti 'Sayembara Puisi - Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia' dalam rangka menyambut Harlah Nahdlatul Ulama yang ke-91. 31 Januari 2017.


Pemenang Sayembara akan diumumkan tepat di Harlah NU ke-91. 31 Januari 2017.
Dan total peserta yang berhasil kami terima -sesuai format pengiriman di E-mail spnpcinumaroko@gmail.com- sampai hari terakhir dengan jumlah "1251 Peserta"
Sebagai berikut:
1. ‘Alimatun Sadiah, Jakarta – Bola Mataku, Puing Refleksimu
2. A’izzatul Af’idah, Malang – Tak Mengapa
3. Aan Wahyudinata, Sidoarjo - Damailah Langit dan Bumiku.
4. A. Helmy, Sumenep – Amanat Prikemanusiaan
5. A. Rosidi, Yogyakarta – Suatu Hari yang Kunanti
6. A. yaqin Mahani, Sumenep – Gradian Perdamaian
7. Abi Tholib Norcahyo, Yogyakarta – Ketika Kegundahan Menjadi Lega.
8. Abd. Rasyid, Sumenep – Bukan Satu Warna.
9. Abd. Warits, Sumenep – Kembali Ke Rahim Hawa.
10. Abdhi Gusti Illahi, Jombang – Preman.
11. Abdul Aziz, Bondowoso - Bacalah.
12. Abdul Baqi Rahman, Sumenep – tentang Sebuah Keramaian.
13. Abdul Bari, Madura – Roh Adam.
14. Abdul Ghoni, Kendal – Basah Kering.
15. Abdul Hakim, Madiun – KITA ADALAH ANAK CUCU ADAM
16. Abdul Warits, Sumenep - Kelulus
17. Abdullah Azam Mustajab, Demak – Dengan Tahlilan.
18. Abdurrohman Al Chudzaifi, Gresik – Lukisan Kedamaian.
19. Abilanglang Zuhdo, Pasuruan – Sadar.
20. Abu Hasan, Tulungagung - Kita.
21. Abu Rizal Fikri, Banten – Sajak Penyejuk Pilu
22. Abu Wafa, Surabaya – Barisan Pohon di Tepi Jalan
23. Achmad Fathoni, Malang – Yang Mana Lagi (ditanah ini)
24. Achmad Abdul Aziz, Lamongan - Sedarah.
25. Achmad Kafi Nugraha, Palembang - Derita Seorang Anak Kecil Korban Peperangan.
26. Achmad Muchammad Kamil, Surabaya - Untukmu.
27. Ade Cahya Putra, Bojonegoro – Tentang Tuhan Dan Gadis Kecil Yang Bertanya.
28. Ade Ega Vernanda, Batang – Lagu Perdamaian.
29. Ade Lisna, Tasikmalaya – Pesan Damai Dari Tanah Aleppo.
30. Adela Eka Putri, Padang – Kesatuan Perbedaan.
31. Adelia Fadillah Purwianto, Probolinggo – Mari Bergenggaman.
32. Adelia Rahma Santoso, Surabaya – Menjawab pertanyaan-pertanyaan Adik
33. Adi Pramudiana, Yogyakarta – Denting Kedamaian.
34. Adi Prasatyo, Tangerang – Lirik Lagu
35. Adi Purnomo ,Purwokerto - Kepada
36. Addinda Ayu Arsyah, Tangerang - Pesan Perdamaian.
37. Adinda, Semarang - Genggaman Perdamaian.
38. Adinda Yoppyi, Sidoarjo - Deologi Nurani.
39. Adining Ajeng, Bandung - Haus.
40. Aditya Ronafani, Probolinggo - Kita Manusia.
41. Adji G Rinepta, Semarang -Hey! Lihatlah Mereka!
42. Adjie Setiawan, Jakarta - Pesan Dari Hati Yang Terlanjur Pilu.
43. Adnan Wahyudi, Yogyakarta – Rindu Rumah Tuhan.
44. Aegis Widyanto, Malang – Cerlang Banyang Dedamaian
45. Afandi, Sumenep - Perkenankan Aku Mengingatmu.
46. Agnes Ardini Rahajeng, Malang – Yang Katanya Manusia.
47. Agung Prasetyo, Kediri – Kubah Dibawah Tirani
48. Agung Wibowo, Paris – Biarkan Saja Perang
49. Agus Salim Nur, Sumenep – Fragmen-fragmen Dalam Layar.
50. Agus Setiawan, Semarang – Perdamaian Untuk Kebahagiaan.
51. Agustina Dewi, Jember – Antara Perempuan Dan Perdamaian.
52. Ahmad Abdul Qodir Bin Ali Hasan, Banyuwangi – Sahabt Sejati.
53. Ahmad Afifuddin Fajrin, Lamongan - Rintihan Perdamaian.
54. Ahmad Alfarizy, Bulkumba – Lantunan Nirmala Dibalik Menara.
55. Ahmad Al Jilany Akbar, Depol – Ironi Duniaku
56. Ahmad Athoillah Brilliawan, Pasuruan - Dala Tralala.
57. Ahmad Bakri, Karawang – Mengukir Damai di Tepi Langit
58. Ahmad Farid Yahya, Lamongan – Air Wudlu Yang Keruh.
59. Ahmad Faris Al-Mubarok, Jember – Apapun Itu, Adalah Aleppo.
60. Ahmad Fariski, Nganjuk – Perang Saudara.
61. Ahmad Fatah Kumara, Yogyakarta – Sudut Sekarang Atau Entah Kapan
62. Ahmad Fauzi, Kebumen – Pantaskah Kita Bermusuhan
63. Ahmad Khalwani, Semarang – Damai Itu Sederhana
64. Ahmad Manshur Shofi, Jepara – Kamusku.
65. Ahmad Muhli Junaidi, Sumenep - Pesan Damai Untuk Dunia.
66. Ahmad Nur Muzayyin, Bondowoso – Tarian Kehidupan.
67. Ahmad Saiful Mujab, Batang – Negeri Permata Mulia.
68. Ahmad Sholahuddin, Bojonegoro – Duniaku Serupa Duniamu
69. Ahmad Syafii, Pati – Mungkinkah.
70. Ahmad Syaiku Aziz, Malang – Solusi Macet.
71. Ahmad Syauqi, Jakarta – Hai Kawan!
72. Ahmad Syauqi Budairi, Demak – Lebih Baik Hidup Mesra Dan Berdamai Saja
73. Ahmad Syauqi Sumbawi, Lamongan – Pesan Damai Di Halaman Kitab Suci.
74. Ahsanul Fiqri, Tegal - Ketika Semut Tak Lagi Berkoloni.
75. Aifatul Mufarida, Jombang – Untuk Apa.
76. Ainun Auliyah Makassar – Luruh Tangis Ibu Pertiwi.
77. Ainun Kholbi, Demak Perbedaan Simbol Persatuan.
78. Aisyah Mumary S, Yogyakarta – Mengipas Pedih Kehidupan.
79. Ajen Jaenudin, Bekasi Kota – Arti Perdamaian.
80. Ajeng Nirmala, Malang – Sajak Islam Untuk Mereka.
81. Ajeng Okviayana Wati, Sukabumi – Kita Satu.
82. Aji Pangestu, Pati – Menghargai Atau Mati.
83. Aji Rais, Solo – Damai Biru Dunia.
84. Ajiani, Pontianak – Mari Berdamai.
85. Ajis Sukriyadi, Brebes – Orasi Tahun Waktu
86. Akbar Dewantoro, Palembang – Sejuta Merpati.
87. Akhmad Helman, Sumenep – Mutiara Damai
88. Albertus Faizin S, Pamekasan – Surat Dari Tanah Garam
89. Alfan Shidqon, pamekasan – Mebaca Kisahmu Kembali
90. Al Izhar, Makasar - Sajak Mihrab Dan Magrib.
91. Al-Fanny Apriliani Nurma Wati, Pasuruan – Tangisan Kami.
92. Alek Brawijaya, Teluk Kijing SumSel – Cahaya Dalam Debu.
93. Alfi Khorunnisa’, Pasuruan – Waktu Tak Bermata
94. Alfiah Khairiatul Fikri, Tangerang – Untuk Kalian.
95. Alfian Arganata, Jawa Timur – Berbeda Beda Tetapi Tetap Satu.
96. Alfian Dippahatang, Makassar – Rubaiyat Bismillah.
97. Alfira Hussein, Palembang – Grup WA Kami Diserang Kelompok Takfiri.
98. Ali Kaharu, Gorontalo – Tanah Ini Masih Berdiri.
99. Ali Ridho, Probolinggo – Wasiat Untukmu.
100. Alif Mohammad Gandi, Sumenep – Pesan Untuk Saudaraku.
101. Alisya Dwi Anggraini, Tulungagung – Alamku Menjerit.
102. Alivia , Surabaya – Kini Yakin
103. Alma Nisaa R, Bogor – INDONESIA HARI INI
104. Alma’ruf, Purbalingga – memaut Syahdu yang Berserakan
105. Alodia Jovita, Semarang – Semoga Doa Kami Mencapai Anda Semua.
106. Alunk Estohank. Yogyakarta – Malam Penuh Cinta.
107. Alfi hafidh Ishaqro, Madiun – Papua oh Papua
108. Alvi Darojaturrois, Semarang – Pesan Damai Sang Mentari.
109. Alvi Lailatil Qodriatus Sholihah, Trenggalek – Dengarkan Petuah Lama.
110. Alvi Muhammad, Tembilahan Riau – Dialog Perdamaian.
111. Alvian Wardhana, Banjarmasin – Pesan Damai Untuk Tanah Air Mata Ketidakadilan.
112. Alvian Zaenal Ansori, Jember - Katanya Beriman.
113. Alvina Nurul, Banyuwangi – Suara Tanpa Otak
114. Alvita Zerlinda, Surabaya – Atas Nama Manusia.
115. Amadda Ilmi, Madiun – Perdamaian Bukan Dalam Naungan Ilusi.
116. Amalia Nur Azizah, Sumedang – Air Mata Damai
117. Amar Ma’ruf Panunggal Jati, Yogyakarta- Dibalik Kaca Jendela
118. Amelia Solekha, Depok - Kohesif Perdamaian.
119. Amelian Novitasari, Magetan – Warisan Untuk Anak Cucu Kita
120. Aminatun Nisa Aulia, Indramayu- Senyum Yang Hilang
121. Aminuddin S Gadi, Sumba NTT – Tuhan, Ajar Kau Berdamai.
122. Amri Mujahid, Yogyakarta - Dengan Cinta Semua Bisa.
123. Ana Paran, Tosari – Juru Damai
124. Ananda Putri, Malang - Hibernasi Dewi.
125. Anang Rahman, tanjungpinang - Manusia
126. Anatus Solehah, Banyuwangi - Sajak Ungkapan Seruan.
127. Andika faris. M.Sn, Pamekasan – RAHMATAN LILALAMIN
128. Andhika Pratama, Jakarta Pusat – Kapal Karam.
129. Andi Saputra, Yogyakarta – Dunia Tanpa Cinta
130. Andini Khoerunnisa, Bekasi – Nasihat Syahdu.
131. Anggia Septiani, Bandung - Bebas.
132. Anggi Gilang, Bogor – Seruan Perdamaian.
133. Anggi Nindia Putri, Surakarta – Kinayat tuhan
134. Anindya Dyah Zhafarina, Jakarta - Thohir.
135. Anisa Dwi Yanti Rahayu, Karanganyar - Bertatap Muka.
136. Anisa Nurfitria, Tasikmalaya - Peran Terlupakan.
137. Anisa Rahayu, Bandung – Tombak Hati.
138. Anisa Rahmawati ,Pekalongan – Pesan Seorang Pahlawan Kepada Bangsanya
139. Anis Puji Rahayu, Pekalongan – Warna.
140. Anis Samara, Yogyakarta – Filosofi Dandelion Untuk Manusia.
141. Anita Bungaria, Jambi – Tali Kendali.
142. Annisa Achmaria, Jakarta – Perihal Gugus Pada Titik.
143. Annisa Risqi Hapsari, Semarang – Mentari dan Bintang
144. Annisa Zahra Kawitri, Jakarta – Kompas Di Pinggir Sungai.
145. Annisah Nurrahmatillah, Cirebon – Mari Berangkulan
146. Anny Rachmawati, Yogyakarta – Waktuku Damai Untukmu
147. Anshari Al Ghaniyy, Bekasi – Sepeluk Puisi.
148. Anton Setia Budi, Malang - Risalah Sang Pelangi.
149. Anton Wahyudi, Sidoarjo – Damailah Langit Dan Bumi.
150. Anu’ma Syifaus Safa’ah, Wonosobo – Tak Berpihak Memihak
151. Anung Setyo Anggoro, Yogyakarya – Sebuah Perjamuan Damai
152. Anusa Zumran, Sigi – Hilang Bersama Tenggelamnya Sang Mentari.
153. Anwar Sehhudi, Wonogiri – Bicaralah Dengan Hati
154. ApepWahyudin, Sumedang – Kapok Sudah Mati.
155. Apito Lahire, Tegal -Tuhan Manusia
156. Apriliani Rahmalilla, Dompu NTB – Semesta memberontak.
157. Ardi Birawanata, Riau – Mmm Tuhan.
158. Arfian Rizky Pratama, Kediri – Puisi Ayah Dari Lebanon.KEMBALILAH
159. Ari Ardiansyah, Sidoarjo -
160. Ari Anggara, Bali – Masihkah Aku Manusia ?
161. Ari Gemilang, Bekasi – Perjalanan.
162. Ari Ardiansyah, Sidoarjo - KEMBILILAH
163. Arief Rahmanto, Kulon Progo – Pada Kata-Kata Yang Terucap.
164. Arif Hidayat, Bengkulu – Pesan Dari Dinding.
165. Arif Hidayat, Sumenep – Inilah Saatnya
166. Arif Hukmi, Makassar – Air Mata Aleppo.
167. Arina Al-Ayya, Trenggalek – Kabar Dari Negeri Seberang
168. Arina Millati, Jepara- Pesan damai
169. Arini Putri Hidayati, Yogyakarta - Terompet Anti Anarkis.
170. Arini Veradiani, Palembang – Dua Tubuh.
171. Arisandi Wafa Pratama, Batu - Saudaraku.
172. Aristya Shinta Septavy, Guluk – Guluk – Perdamaian Yang Tak Akan Abadi.
173. Arival, Cianjur – mata kecilku
174. Army Iswandani, Pasuruan – Dunia Yang Tertelan.
175. Arrial Thoriq, Malang – Aku Dan Kedustaanku.
176. Asep Suhendar, Bandung - Terawangan.
177. Asih Lestari, Wonogiri – Rindukan Bahagia
178. Asnia rahma Leniati, Pekalongan – Tak Cukup Dua Jari
179. Asrofi SF, Sumenep – Surat Kabar Terkini.
180. Asty Wally, Ambon – Berbeda Tapi Bersama
181. Atika Suri, Bekasi – Logika Sederhana
182. Atiqoh Alwaliyah, Tangerang Selatan – Merah Darah Memelan Tinta Hitam.
183. Atmadiah Nur, Pontianak – Impian Surga Di Dunia.
184. Aulia Karisma Damayanti, Trenggalek – Rytme Bangsa.
185. Auliatul Jannah, KalSel – Nada Dunia.
186. Awwalia Putri Adira Kusumawardani, Yogyakarta – Kiamat Bukan 2012.
187. Ayu Dyah Ariwedari, Kediri – Apa Yang Kau Sebut Damai.
188. Ayunda Amaliyah, Serang – Sapu Lidi Untuk Indonesia.
189. Ayu Pramita, Kisaran Asahan – Mencari Semboyan.
190. Ayu Wulan Suci, Sidoarjo – Kemarahan Tuhan
191. Azhar Kurniawan, Tangerang Selatan – Berdamailah Manusia !.
192. Aziel Az-zahra, Lamongan - Kita Saudara
193. Azis Firto, Sumenep - Lelah.
194. Azis Iskandar Syah, Bekasi – Musyrif Perdamaian
195. Azis Nugroho, Semarang – Skenario di balik fakta
196. Aziz, Tegal – Pesan dan Boneka
197. Azizi Sulung, Sumenep – Rubaiat Burung-Burung Merpati
198. Azriel Wicaksono, Tangerang – warna warni Kehidupan
199. Azwar Kaminari, Bontang – Harap Dalam Wujud Ku
200. Azza Ardanisa, Cimahi – Suara Dan Penjahat.
201. Azzahro Khulaifah, Pasuruan – Filosofi Rantai Negeri.
202. Badrus Sholeh, Sumenep – Pesan Singkat Dari Negri Dongeng.
203. Badruz Zaman, Sumunep Surat Dari Tanah Kelahiran.
204. Bagas Wipraba, Gowa – Api Yang Terlelap
205. Bagja Riyanto, Tegal – Apa Susahnya Berdamai.
206. Bagus Audi Ahmad, Semarang - Salam, Damai Sejahtera.
207. Bagus Rachmat Saputra, Nganjuk – Berdamailah dengan Jiwa.
208. Bagus Rizki Triyadi, Cilacap – Gelap Dan Buah Jendela.
209. Bagus Satria, Pati - Naungan Garuda.
210. Bahak Husaeyni, jombang – Cermin Perdamaian
211. Bahriannor, Banjarmasin – Damai Negriku.
212. Bahruddin Baihaqi, Jenjam Bibir Hati
213. Bangkit Prayogo, Bangkalan – Tak Ada Langit Berbicara.
214. Barkah Ramadhan, Yogyakarta – Di Tepian Lautmu
215. Bekti Utami, Cirebon – Kepingan Penyesalan Yang Terhenti.
216. Bella Eka P, Tegal - Pesan Damai Untuk Saudara-saudaraku.
217. Beni Setia, Madiun - Puisi Akhir Tahun.
218. Bening Kartika, Yogyakarta – Kau Anggap Apa
219. Beta Pujangga Mukti, Yogyakarta - Pesan Tuhan Untuk Menjaga Kedamaian.
220. Beto Eka Junianto, Pasuruan - Damai Dalam Filosofi.
221. Bibi Sugiaswati, Sidoarjo – Damailah Dunia.
222. Bienue Adamue, Riau – Hikayat Manusia
223. Bima Gofarali Roby, Yogyakarta – Untuk Manusia Bodoh.
224. BJ. Akid, Sumenep -
225. Boby, Sokaraja – Satu Jiwa.
226. Boby Julianto, Medan – Matahari Meledaklah
227. Budianto Sutrisno, Jakarta - Damai Di Bumi, Tenteram Di Hati.
228. Budi Rahmah Panjaitan, Medan – Sebait Pesan Penghalau Perpecahan
229. Bunga Citra Perdana, Malang – Elegi Merpati
230. Busrol Hakim, Bondowoso – Hijaiyah.
231. Cahyaningtyas Ratna Ningrum, Balikpapan – Dari bocah berpeci putih tuk pemangku negeri
232. Carolina, Cileungsi - Gencatan Senjata.
233. Caroline, Jakarta – Mimpi Seorang Kecil.
234. Catur Maulana, Banyumas – Tekad Tuk Hijrah.
235. Cepi Sobarna Adhari, Sukabumi - Kasih Sayang.
236. Chairun Nisa, Bondowoso – Daripada Bertikai
237. Chandra Wulan – Damai Itu....
238. Choirotun Nikmah, Blitar - Biarkan Cinta Yang Bertahta.
239. Cici Nurhidayati, Yogyakarta – Siapakah Aku Ini?
240. Citra Santri Karima, Bengkulu – Ku Ketuk Hatimu Melalui Sajak Ku
241. Citra Wulan Sari, Ponorogo – Seuntai Pesan Untuk Umat.
242. Clorinda, Wonosobo - Nyata
243. Crismiati, Trenggalek – Air Mata Pujangga.
244. Cut Januarita, banda Aceh – Jiwa-jiwa
245. Daawii M.M, Jambi - Sajak Untuk Dalang.
246. Dadang Ari Murtono, Mojokerto – Sabarudin Dan Tambak Beras.
247. Daisar Rahman, Pamekasan – Suara Dan Bayangan.
248. Dalail Nazilarahma, Bandung – Untuk Pemimpin Bumi.
249. Dalminto , Yogyakarta – Tentang Negeri Ini
250. Dani Ari Saputra, Jember – Kepulan Asap Rokok Perdamaian Menuju Istana.
251. Dandy Ashghor Dawudi, Tebuireng Jombang – Menanting Instrumentasi Negeri.
252. Dara Qaisara, Jakarta – Seriliku.
253. Daruz Armedian, Tuban – Nyanyi Sunyi Untuk Ditinggal Pergi.
254. Dauy Kheil, Jakarta - Menulislah
255. Daviatul Umam, Sumenep – Tarian Lidah.
256. Debi Kharisma Safitri, Bandung – Kepada Siapakah Aku Meminta Damai
257. Deddy Setyawan, Sidoarjo – Pesan Tanpa Nama
258. Dedi Santoso, Tenggarong - Tinta Merah.
259. Dedy Prasetyo, Yogyakarta - Helai Benang Diujung Tiang.
260. Delima Asrianti Sihombing, Medan – Tinta Pesan Damai.
261. Denik AN, Malang – Ruang-Ruang Diantara Batu Karang.
262. Denis Ligia, Bandung – Hari Ini.
263. Denmas Claras Aji Dharama, Sumenep – Sebuah catatan;ketika manusia berlomba-lomba menghalalkan darah saudaranya
264. Deny Camalia, Sumenep – Penyeru Damai.
265. Derry Rakasi, Sumbawa Besar – Dari Yang Tak Kuasa Bicara
266. Desi Rizki Nursimasari, Rembang – Kawan.
267. Destiara Dwiyanti, Yogyakarta - Tancapkan Kedamaian.
268. Dewandaru Ibrahim Senjahaji, Purwokerto – Angin dari Kota Maya
269. Dewi Aula Hikmah, Lamongan - Saudaraku, Penguasa dan Salamku.
270. Dewi Kunti Laila Ningrum, Surabaya – Tugas Suci
271. Dewi Nilawati – Sebelum Mentari Tak Terbit Lagi.
272. Dewi Rizqi NA, Tegal – Damai Insan.
273. Dewi Sartika Siregar, Bengkulu – Duri Dalam Lidah.
274. Dewi Sofiyaningsih, Jambi – Sajak Untuk Dalang.
275. Dhahrul Mustaqim, Tuban – Surat Perdamaian.
276. Dhani Awalia Surki, Barru – Rintihan Anak Manusia.
277. Dhani Hirnawan, Semarang – Lukislah Pelangi Di Tembokku, Kawan.
278. Dhifa Arsa Putra, Madiun – Pengakuan kembali.
279. Dian Restu Agustina, Jakarta – Secangkir Kopi Damai Untuk Dunia
280. Diana Effendi, Pekanbaru – Lembar Pita Sejarah
281. Dianika Wardhani, Kediri – Surat untuk negeri zamrud khatulistiwa
282. Didit Prasetyo, Malang – Katakan Damai Pada Perbedaan.
283. Diego Alpadani, Bukittinggi – Perdamaian Alami.
284. Dienen, Bogor - Damai Disini.
285. Difa Fitriani, Kendari – Perang.
286. Diki Yudha Bagos, Yogyakarta – Sadar Diri
287. Dimas, Yogyakarta – Kami Bersaudara.
288. Dimas Adi K, Jakarta – Munajat Egois.
289. Dinda A Oktavia, Yogyakarta – Pohon Kedamaian.
290. Dinda permata, Malang – Menggenggam Bahagia
291. Dini Islami, Bangkalan – Seperti Deru Adzan Subuh.
292. Dini Purnamasari, Cianjur – Milik Kita.
293. Dio Wisnu Pradana, Kebumen - Damai
294. Dirham Adenar, Yogyakarta – Damai: Membumikan Cinta, Melangitkan Kita
295. Disinta Rohmatul Izzati, Trenggalek – Bilik Bilik Lubang
296. Disza Jatnika, Tasikmalaya – Kisah Siangku.
297. Diza Ayu Vibrariani, Jakarta – Kedamaian Umat
298. Dodi S Purwanto, Balikpapan KalTim – Aku Cuma Rindu.
299. Dona Maulana A H, Pesan Yang Kami Haturkan
300. Dr. Sumarto, Jambi – Ketika Damai Menjadi Sulit
301. Dwi Ayu Hidayatul ummah, Lamongan – Islam adalah Jawabannya
302. Dwi Fatmawati, Yogyakarta – Rinduku Pada Negeri Ini.
303. Dwi Mayasari, Sragen - Arti Sebuah Kedamaian.
304. Dwi Novita Sari, Medan – Kembalikan Sinarnya.
305. Dwi Retno Ariyani, Tegal – Manusia-Ku.
306. Dwi Rina Kurnia Lubis, Binjai – Sebait Pesan Damai Buat Kita.
307. Dwi Septiyani R, Cilegon Banten – Hempas Pertikaian.
308. Dwi Wahyuni, Karanganyar – Amnesia.
309. Dwiki Wahyu Setiawan, Purbalingga - Rinduku Untuk Perdamain Manusia.
310. Dyah Suryati, Tasikmalaya – Wajah Dalam Bingkai.
311. Dzati Yumni Shafwati, Malang – Tuhan Melihat Mu.
312. Edrida Pulungan, Banda Aceh – Puisi Perdamaian.
313. Een Amelia, Madiun – Kubisikkan Sesuatu.
314. Eerni, Bojonegoro – Mulut Yang Tajam.
315. Egi Aditia, Pangandaran Jawa Barat – Agama.
316. Eka purwanti, Jakarta - Seruan Para Pejuang.
317. Eka Puspitasari, Bogor – Tinta Merah.
318. Eka Risma Putri, SumBar – Terlupakan.
319. Ela Novita Sari, Lampung – Rajuti Nurani Sutra.
320. Elis Rosniawati, Cimahi – Qolbu Hati.
321. Eka Yuniati, Kebumen – Akhiri Saja
322. Elma Juliana Napitupulu, Medan – Teka-teki Sepucuk Kedamaian
323. Elmar Yuknia, Pasaman Barat - Teriakan Perdamaian.
324. Elsa Woro Kinanti, Lampung – Cahaya Mentari Senja Pembawa Pesan Damai.
325. Elsri Rahmaliza, Lubuk Basung. Kita Bersaudara.
326. Elysa Septia Jayanti, Pamekasan – Angin Timur Tengah
327. Encep Abdullah, Banten – Romantika Untuk Negeri.
328. Endah Juwita Sari, Bandung – Disini, Surga Lebih Dekat.
329. Ending Setyoningsih, Ponorogo – Nyawa dan Harapan Untuk Perdamaian
330. Endang Sriningsih, Mataram – Akuilah.
331. Epan, Surabaya – Renungan Di Persimpangan.
332. Erika Rahmawati, Kebumen - Peperangan Telah Selesai.
333. Erlangga E Febryansh, Pamekasan - Setan
334. Erlin Hemaliana Putri, Tegal – Pesan Dari Putri Siput.
335. Erwan Ristyantoro, Karanganyar – Mari Sejenak.
336. Erwin Setiawan, Pemalang – Kaki-kaki Illahi.
337. Estu Ismoyo Aji, Purworejo – Pesan dari Seorang Pemulung
338. Evi Lailatul Fitriya, Magelang – Dering Deru Telah Lenyap
339. Evianik Suryani, Tegal – Secuil Pesan DI Balik Ironi Sang Fana.
340. Esa Ainurrahmi, Malang – Mulut Yang Bungkam.
341. Etick, Jakarta – Surat Kabar Untuk Dunia.
342. Euis Fajriyah, Cirebon – Retak.
343. Euis Nurhayati, Bandung - “Ssst!”
344. Eva Karnila, Palembang – Sang Utusan.
345. Fadila Hediaty Zahra, Sukabumi – Tahiyat Akhir Bunga Kemboja
346. Fahlida Harnita, Aceh – Tetes Cinta di Arafah
347. Fahmi Amirullah Permana, Majalengka - Alam tak Dapat Berkata.
348. Fahmi Baiquni, Semarang – Pesan Cinta Untuk Manusia.
349. Fahmi Faishal Malik, Tasikmalaya – Sajak Cinta Awan Hitam.
350. Fahrul Khakim, Tuban – Setelah Hujan Peluru
351. Faika Arif, Bulukumba – Ada Yang Hilang Dari Negeri Ini.
352. Faiz Adittian, Purwokerto - Allepo
353. Fajar Rizki Nursaid, Bekasi – Satu Kata Penuh Makna.
354. Fajar Purnama Sidik, Bandung – Kaulah Saudaraku
355. Fajri Ahmad, Palembang – Indigo.
356. Fajriah, Purwakarta – Dunia Ini
357. Fakhri Nur Ramdani, Bandung – Mari Damai, Jangan Terberai.
358. Falen , Pekanbaru – Paradoks.
359. Fan Bets Duth, Malang – Hujan Bulan Januari.
360. Fanny Vanca Miranti, Majalengka – Damai DI Wajah Ayahku.
361. Farah Bilqis Kanza, Bantul – Biarkanlah.
362. FarahDiba, Surakarta – Peristiwa Masa Kini
363. Farah Frastia, Kebumen – Assalam Al-Islam.
364. Fardha Muhammad, Yogyakarta – Damai Yang Terpesan.
365. Farhan Darmatatya, Jakarta Timur – Damai Itu Korbanku.
366. Faridh Almuhayat Uhib H, Bogor – Damailah damai
367. Faris Fauzan Abdi, Sidoarjo – Pengetahuan Untuk Kedamaian.
368. Farmila Sari, Magelang – Rasa Hati
369. Fathul Korib, bangkalan – Damaiku Damaimu
370. Fatihah Adhani, Depok – Bayangan Di Benakku.
371. Fatimah Az- Zahra, Wonosobo – Risalah Berbeda Bukan Masalahnya
372. Fauzan , Saudara Yang Berwibawa
373. Fatma Syifa, Tulungagung – Jika Hari Ini.
374. Fava Nurbaity, Bali – Mimpi Seorang Anak Muda.
375. Febbi Miranti – Indahnya Perdamaian.
376. Febi Famelia, Tangerang – Di, Sampai.
377. Febriana Ayu K, Semarang – Damai Yang Dirindukan.
378. Febriyanri Ryan Ariyani, Sidoarjo – Hewan Yang Memanusia.
379. Ferdian Dwi Cahyo, Surabaya – Dari Tangan Ibu.
380. Feri Heriyanto, Bandung – Rindu Damai.
381. Feri Sandria, Tasikmalaya – Salam Damai.
382. Feri Okta Gunawan, Yogyakarta – Cinta Damai Untuk Negeri Kita Ibu Pertiwi.
383. Ferry Fansuri, Surabaya – Jalan Di Tengah Samudera.
384. Fia Alfiatu Amanah, Banjarsari Jawa Barat – Taburkan Sikap Toleransi Untuk Terciptanya Perdamaian.
385. Fikrotul Aufa, Wonosobo – Deru Perdamaian
386. Fina Lanahdiana, Kendal – Di Hutan,Menghidupi Lupa dan Menghadapi Luka
387. Finda Mia Wulandari, Situbondo – Dawai Perdamaian.
388. Firda Devianti Komalasar, sumbawa Besar – Salam Bintang Perdamaian
389. Firda, Kendal – Slompret Luka.
390. Firda Zulijah, Kuningan – Tanyakan Pada Ar-Raqiibu.
391. Firli Andriani, Tasikmalaya – Buta Dalam Dunia
392. Firratus Saadah, Sumenep – Biru.
393. Fitri Ady Wibowo, Kudus – Tawa Musim Gugur
394. Fitriani, Bantaeng SulSel – Untukmu Manusia Sedunia.
395. Fitriani Apriliya, Kulon Progo – Damai Indonesiaku.
396. Fitrianingsih, Ponorogo Rangkulku Dalam Dekap
397. Fitri Haryani, Medan – Jiwa Yang Damai.
398. Fitria Martatilova, Bengkulu – Perkara Kita
399. Fitria Nur Jayanti, Jember – Nahdlatul Ulamaku
400. Fitrina Zimarti, Daik Lingga Kepri – Jangan Keramat Lagi Rakyat
401. Frananda Fajri, Padang – Monolog Bumi, Langit dan Pesan Damai.
402. Fransisca Melani, Yogyakarta – Damai.
403. Gatvia Resty Andini, Purwokerto – Geming Dalam Jerit.
404. Gdw Agus Widiantara, Bali – Goresan Pena Manusia.
405. Gedwina Kurnia Putri Suyono, Yogyakarta – Khalifah Yang Utuh.
406. Gema Alpradja, Bandung - Nyata
407. Gema Maulana, Padang - Pituah Batu.
408. Genta, Pasuruan – Inna Ma’al Usry Yusro.
409. Ghassani Auliannisa Widjajati, Depok – Dasar Kau!.
410. Ghina Fansuri, Samarinda – Denyut Kosong
411. Gina Rodatul Jannah, Cirebon – Dear Palestine.
412. Gita nadia Putri bt T, Medan – Bising-bising Harap
413. Grienda , Lumajang – Khalifah Penjaga Bumi
414. Guntur Cahyono, Prabumulih SumSel - Bertakluk Sujud.
415. Guswitawidia ,Padang - Heranku
416. Habibah, Cirebon - Satu Untuk Satu.
417. Habibah, Jakarta – Tangerang.
418. Hafiz Al faruqi, Lampung – Tuhan Cinta Perdamaian.
419. Haifah Hanifah, Karawang – Sabda Damai.
420. Halim Bahriz, Lumajang – Imigran Dari Masa Kanak-Kanak Yang Dirusak
421. Haliza Afiq, Pati – Berdikari.
422. Hamdan Saifullah, Yogyakarta – Pembenaran Yang Tak Membenarkan.
423. Hamdi M. Zen, maluku Utara – Jauh Sekali
424. Hamzah Firmansyah, Temanggung – Apapun itu, Sekalipun Noah Hanya Tumbuh Pada Tubuh Nama.
425. Hananni, Pekanbaru – Jalan Surga Adalah Perdamaian
426. Handoyo, Depok – Dari Balik Televisi.
427. Hani Farhani Maulida, Bogor – Rindu Damai
428. Hanifah Baihaqi, Batam - Dersik
429. Hanifah Hikmawati, Ngawi – Suwuk Kamanungsan.
430. Hanifatun Azizah, Yogyakarta – Kerinduan Yang Mendalam.
431. Hanik Arwanah, Surakarta – Dhawuh dan Nasihat Kyai
432. Hanin Nisa, Purwokerto – Surat Dari Perbatasan.
433. Hanum Farahdiva, Malang – Sedang Tuhanpun Adil.
434. Hanik Mudrikah, Kudus – Aku Bukan Seorang
435. Happi In Islam, Pati – Nyanyian Manusia Malang.
436. Hapsah, Pekanbaru – Rembulanku Sumbing.
437. Hapsari Inka S, Klaten – “Damai” Kata Penuh Harapan.
438. Haris Prasetya Effendi, Yogyakarta – Pesan Damai Dalam Keberagaman.
439. Hariyana, Kerinci – Di Balik NUsantara.
440. Harminto Budi Susilo, Nganjuk – Kepada Kedamaian Yang Tak Berpihak.
441. Harun Al-Rasyid, Padang – Damai Menyambut Bulan.
442. Hartini, Trenggalek – Jalinlah Rantai Biru.



443. Haryanti Jaya Harjani, Karanganyar – Damai Indonesia Kita.
444. Hasanuddin, Lamongan – Kedamaian Sorgawi.
445. Hasanuddin Hasimpak, Islamabad – Tangis Yang Sia-sia
446. Hasna Qotrunnada, Pekalongan – Tela’ah Pada Dunia
447. Harits Al Anshor, Malang – Konspirasi Dalam Bunker.
448. Haryas Subyantara Wicaksana, Pacitan – Pena, mori, tinta, dan Merpati
449. Hasiyah As Syifa, Madura – Di Bawah Naungan Tuhan.
450. Hayatun Nupus, Lombok – Salju Kesejukan.
451. Hayyul Mb, Bangkalan – Apa Arti dari Pertikaian, Kawan
452. Hendriana, Ciamis – Surat Dari Alam
453. Heny Fatmawati, Temanggung – Negeri Peradaban Ini.
454. Heriyanto, Malang – IKRAR.
455. Herman Nur Marliadi, Jawa Timur – Manusia Dan Janjinya.
456. Hermawan, Sleman DIY – Semarakan Damai.
457. Hevi Fitriani, Bengkulu – Muara Bunga Kehidupan.
458. Hibatin Wafiroh, Pemalang – Narasi Perdamaian.
459. Hijrah Anngaraini Nashuha, Sragen – Bukan Sekedar Kata
460. Hikmah, Sopeng Sulawesi – Balada Insan Bersayap.
461. Hikmah El’Shyna, Banjarmasin – Assalamualaikum Khalifah.
462. Hikmah Nur Hidayah, Semarang -Bolehkah Aku Bertanya
463. Hilda Rizky Akmalia, Sidoarjo – Teruntuk Dikau Khalifah Di Bumi.
464. Hizbul Wathan, Aceh – Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia.
465. Hoiri Asfa, Bangkalan – Tentang Agama
466. Hulumun , Sumenep – Kegagahan Damai
467. Huda Agsefpawan, Yogyakarta – Melankolis Yang Lepas Dari Peluk Ibu
468. Husein Abdullah Alathas, Tegal – Kukenang Namamu, Damai.
469. Husni Syifa Ul-Haq, Tangerang Selatan – Harapan.
470. Husnul Abid, Banjarmasin – Bidadari Ternodai.
471. I. N. Akbar, Malang – Setelah Sore Itu.
472. Ibe S. Palogai, Makassar - Sombaya
473. Ibnu Sofyan, Depok – Sabotase Hujan.
474. Ibrohim, Pekalongan – Manusia Perang.
475. Icanada Fransiska, Jember – Rayap Di Lumbung Padi
476. Ifan Arif Mulana, Tidak Ada Tangis Berbuah Jiwa
477. Ifan Aqib, Aleppo
478. Ifroh Jatidiri Media, Cilegon – Senja
479. Ihsan Aldi, Segelas Kopi Perdamaian
480. Iin Ismiliyawati, Surakarta – Silam Dalam Bungkam
481. Iin Windayanti, Pacitan – 1001 Wajah Indonesia.
482. Ika Amalia, Pekalongan – HAM Liputan.
483. Ikbal, Pangkajene – Dibawah Naungan Kedamaian
484. Ikbal Rizki, Aceh – Mawar Abadi.
485. Ikhwan Fauzi, Bogor – Kita Tuli Dan Bisu.
486. Iklima Agustina, Lampung – Tengoklah Hati Yang Kaya.
487. Ikra, Jember – Bangsa Tanah.
488. Ilham Arwani, Ponorogo – Alam Senandung Bersama.
489. Ilham Esa Firdaus, Kediri – wahai Saudaraku
490. Ilham Rohmatulloh, Purbalingga – Sorban Putih
491. Imaduddin, Jepara – Maghrib Membara.
492. Imajiner, Pamekasan – RAHAMATAN LILALAMIN
493. Imam Hambali, Sumenep – Diorama Damai ; Karikatur Dalam Kaca.
494. Imam Mursid, Magetan – Perang Itu Berkelindan.
495. Imas Elva Khoiriyah, Madiun – Manusia Dikali Dunia.
496. Imelda Ramadhana, Pasuruan – Titik Darah Perdamaian
497. Inarotul Humaero, Cilacap – Hidup Damai Di Muka Bumi.
498. Inayatul Umami, Banyuwangi – Amarah Bumi.
499. Indah Indrimiya Hadi, Cirebon – Bangkit Atau Diam.
500. Indah Isrami S, Bulukumba – Menghapus Luka.
501. Indah Isyatun Nabela, Demak – Puncak Kedamaian
502. Indah Khoirunnisa, Lampung – Air Untuk Pelangi.
503. Indah Meilanda, SumSel – Misteri Suara Perdamaian.
504. Indah Nurmaningsih, Malang – Merapi Rantau Al Aqsha 2017
505. Indah Purwanti, Semarang – Indonesia Butuh Rakyat Yang Ramah, Bukan Yang Marah.
506. Indah Sepri Pratiwi, Lumajang – Pesan Dari Hutan.
507. Indana Abricha, Bogor – Saudaraku.
508. Indo Guna Santy, Blitar – Di Ujung Gelap
509. Indriyani Safitri, Yogyakarta - SENYUM
510. Indri Cahya Lolyta, Sidoarjo - Damai Itu Kita.
511. Indri Kurnawati, Jember - Berharga
512. Indri Wahyuni, Bali – Menit-Menit Keluguan.
513. Ines Wanudya Nur Utami, Yogyakarta – Gejolak Semu Perdamaian.
514. Inez Anugerah Permata Putri, Purbalingga – Setelah Adat Paling Tabiat
515. Ineu Desiana, Bandung – Cahaya.
516. Intan Elok Okti Wardhani, Madura – Negeriku Kerapan Politik.
517. Intan Hanes, Jakarta – Bumi Punya Hati.
518. Intan Liana, Demak Airmata Darah Sajak Bumiku.
519. Intan Pitaloka, Bekasi – Secarik Pesan Dari Bumi Pertiwi.
520. Iqbal Yudistira, Tasikmalaya – Damai Dan Keramaian.
521. Irawati, Aceh - Mekarlah Damai Seluruh Manusia di Taman-taman.
522. Irda Yanti, Selatpanjang - Pesan Kosong Dari Murai.
523. Irfan Solihin Haqiqi, Jember – Sajak Kartini.
524. Irfan Mulyadie, Tasikmalaya – Pesan Damai DI Hari Jum’at.
525. Irham Bayquni Ansori, Serang Banten – Penderita Abadi.
526. Irma Apriyanti, Jakarta - Generasi Negeri Damai.
527. Irna Novia Damayanti, Purbalingga – Kita Lupa banyak Pelajaran
528. Irsa Fathiyaa Yusrina, Sukabumi – Kidung Sungai
529. Irwan effendi, Sumenep – Mimpi Kita Semua.
530. Isma Damayanti, Batam – Rindu Damai Di Bumiku
531. Isma Hidayati, Sidoarjo - Pesan Damai Untuk Seluruh Indonesia.
532. Ismail Paujan, Purwakarta – Si Penebar Kedamaian.
533. Isnati Solechatinisa, Semarang – Inilah Hidup.
534. Ista Hamida, Pacitan – Camkan!!!!
535. Istana Kusumawati, Jombang – Mereka Manusia
536. Istifaqotul Himaah, Jepara – Tangisan Nabi Muhammad Kepada Umatnya.
537. Ita Anita, Cirebon – Bisakah Kita
538. Ita Puspita Sari, Sumenep – Menempuh Mimpi Dalam Sajak Puisi.
539. Ivo Gismi Lestari, Bekasi Utara – Suara Sunyi Alam.
540. Iyut Muzdalifah, Gresik - Damai Itu Indah.
541. Izaz Wara Langit, Sumenep – Serumpun Jari.
542. Izha Ananta, Sleman – Cahaya Purnama.
543. Izzah Uswatun Nisa, Tulungagung – Damai.
544. Izzatul Maula Shaleha, Surabaya - Aneka Ragam.
545. Izzul Millati Umami, Tulungagung – Kucing Kampung Di Sudut Kota.
546. Jamalul Muttaqin, Sumenep – Judul Puisi
547. Jantriwanis, Siak Riau – Ilmu Tanpa Iman.
548. Je Mustafa, Tulungagung – Senandung Nurani.
549. Jihan Fadhila, Denpasar Bali – Permadani Hijau.
550. JJ Mansyur Maroha, Yogyakarta - Sail Terjal Menujumu.
551. Joel Ramond, Padang – Assalamu’alaikum.
552. Joko Pramono, Pali Pendopo Sumsel - Kita Satu Planet.
553. Joko Sulistya, Yogyakarta – Setelus Embun.
554. Joko Yulianto, Klaten – Pelangi Sang Ulama.
555. Joni, Jambi – Mengapa Harus Berdamai
556. Juli Prasetya, Banyumas – Akhirnya Selama 2 Tahun Anakmu Bisa Menemukan Alamat Akhir Di Antara Semayam Orang-orang Dan Parit Kecil Ilalang.
557. Julia Astuti, Medan – Sajak Cinta Syria.
558. Julia Hartini, Bandung - Dalam Perenungan.
559. Julian Arif Prasetyo, Jakarta – Katanya Kita ingin Damai.
560. Jumarni, Jambi – Waktu Tak Dapat Menunggu.
561. Juniardo Simangunsong, Yogyakarta – Bangun Rasa Kedamaian.
562. Kamsah , Makassar – Demonstrasi Cinta
563. Kang Yasin, Purworejo – Kau Adalah Aku.
564. Karin Maharani Sasongko, Bumiayu Jawa Tengah – Manusia – Manusia Manis.
565. Kartika, Jakarta – Damai Dalam Nyata.
566. Kartika ,Yogyakarta – Monolog Merpati, Si Burung Perdamaian
567. Kartika Kayriela, Kuningan – Sadarlah Manusia.
568. Karunia Nurma, Purbalinga - Gaduh Riuh di Puncak Gengsi.
569. Khabib Asror, Semarang – Aku Titipkan Pesan Untukmu Yang Hilang.
570. Khaeroh Rohmayati, Bogor – Selendang Damai Untuk Semua.
571. Khaerul Faqih, Indramayu – Untukmu Yang Tercipta Bukan Sebagai Malaikat Tanpa Dosa.
572. Khafidhotul Ilmi, Mojokerto - Dusta Damai.
573. Khairul Anam, Sumenep – Goze.
574. Khairul Anam, Sumenep – Pesan Damai.
575. Khairul Rizal, Aceh – Fajar Harapan.
576. Khairul Umam, Sumenep – Kakek Dan Sebuah Pohon.
577. Kharisma Putri, Bekasi – 3 Bait Celoteh Perdamaian.
578. Kharisma Yoga Saputra, Riau – Jejak SI Balam.
579. Khoer Jurzani, Sukabumi – Surat Cinta Untuk Telaga
580. Khoerul Amin, Kebumen – Sujud Bersama.
581. Khofifa Parwangsa Akbar, Palembang – Pesan Damai Untuk Manusia
582. Khoirul Anwar, Banyuwangi - Pujian Tertinggi.
583. Khoirul Fatikhin, Jepara – Bumi Pertiwi.
584. Kholid Khoirul Fahmi, Temanggung – Al-Hanifiyyah As-Samhah
585. Khrisko Suprastiwara, Pekanbaru – Kulminasi Sanubari.
586. Khusnul Ihda Muslikah, Trenggalek – Lakon Drama Kehidupan.
587. Khusnul Ilmiah, Mojokerto – Surat Malaikat Kecil dari Negeri Timur Untuk Dunia
588. Khusnul Khotimah, Bojonegoro – Catatan Pena Dari Sang Malaikat.
589. Khusnul Latifah Ramadhan, Magetan – Berdamailah Negri.
590. Kiki Nopita Dewi, Cilacap - Ukhuwah Tetap Terjaga.
591. Kris Rahayu, Dharmasraya Sumbar - Bayangan Neraka.
592. Krisna Gustian, Tasikmalaya – Penganut Hukum Rimba.
593. Kurniawan Setya Aji, Magelang – Dongeng dan Cerita Perang
594. Kusmiati, Semarang - Agamamu Agamamu.
595. Laila Nurjannah, Banjarnegara - Pesan Damai Dari Palestina.
596. Lailah Nuzuli Rohmah, Gresik – Damailah Kita.
597. Laili Sutiyani, Semarang - Dalam Damai Rindu.
598. Laili Ummu, Yogyakarta - Negeri Entah Berantah.
599. Laily Fitriani, Malang – Aku Dan Sejuta Asaku.
600. Laksita GR, Yogyakarta - Pesan Untuk Hari-hari Ini.
601. Lalu Hardi, Bima NTB – Tuhan Kedua Untuk Taufik Ismail.
602. Larealit, Jogja – Virus Cinta Musang
603. Lasmini , Yogyakarta – Damai
604. Lathifa Millati Saifullah, Blitar – Harap dalam Kalut
605. Latifatul Zahiroh, Demak - Dawai Damai Jangan ‘Andai’.
606. Laura Oktarina Sinabang, Pematangsiantar Sumut - Damai Bumiku.
607. Layli Febistin, Nganjuk – Indahnya Perdamaian
608. Lenggo Arya Putri, Padang – Harmoni Damai Untuk Negeri.
609. Leni Sutobi Siregar, Medan – Harapan Damai.
610. Lia RM, Kediri - Jasa Pahlawan Generasi.
611. Lilik Widiyawati, Pasurua - Aku Malu Pada Tuhanku.
612. Lilis Lishatini, Subang – Damai Itu Keren
613. Lintang Nur H, Cianjur – Akupun Tersakiti
614. Lisa Zerina, Medan - Damai Jiwa.
615. Listya Dee, Temanggung – Datanglah Hati.
616. Liyus Susanto, Kediri – Bersama.
617. Liza Dzulhijjah, Indramayu – Barbar Macam Apa
618. Lusi Martha F, Cirebon – Bunga Perdamaian.
619. Lutfi Anggraini, Tangerang Selatan – Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia.
620. Lutfi Setya Asih, Purbalingga – Jabat Hati.
621. Luthfi Dwi Satrio Utomo, Jakarta – Leter Teler
622. Luthfiah Zahra Larosa, Banda Aceh – Secercah Mimpi Yang Selaras.
623. Luthfyah Indana Zulfa, Lamongan – Generasi, Kita Saudara.
624. Lutut Epriatin, Depok – Ketika Aku Mati Nanti
625. Lusiyanti, Palembang - Damai Kunci Pembahagia.
626. Luvia Rahmadani, Batam - Secercah Tabir di Gema Temaram.
627. M. Adha Wahyudi, Palembang – Hentikan.
628. M. Ahsanul Kirom, Tuban - Dunia Perdamaian Yang Abadi.
629. M. Arifin, Sumenep – Aku, Negriku, Indonesiaku.
630. M. Bagus Sulistiyanto, Tuban – Jawaban Atas Masalahmu.
631. M. Dwi Harfa, Cikarang Bekasi – Salam Dari Mujahid.
632. M. Elgana Mubarokah, Bandung – Putih.
633. M. Fadlullah A.G , Yogyakarta – Makrifat Damai
634. M. Helmy Prasetya, Seni tak Benci
635. M. J. Akbar, Ciamis – Cerita Lama.
636. M. Najibur Rohman, Semarang – Sebuah Doa Yang Terus Menerus Dipanjatkan Sepanjang Zaman.
637. M. Rachman Ramadhani, Brebes – Berdiri Tegak Menentang.
638. M. Ramzy Raihansyah, Malang – Tersenyum Kepadamu
639. M. Redho Ilahi, Padang – Tanah Pulau Kemarau
640. M. Rusdil Fikri, Jakarta – Perdamaian, Milik Siapa ?
641. M. Saiful Aqil, Malang - Bukalah Mata.
642. M. Yusuf Marzuqi, Depok – Ayat-ayat Maghrib
643. Made Parwati, Singaraja Bali - Pesan Damai.
644. Maghfirah, Makassar – Hai Khalifah,Sadarlah !
645. Magrefi, Bantul – Berhentilah Wahai Pemberontak.
646. Mahallal Jihad, Surakarta – Bangsaku Dalam Kebimbangan.
647. Mahendra, Nganjuk – pesan damai dari Quran
648. Mahfudz Fairuz, Sumenep – Negeri Ilusi
649. Maimunatul Badriyah, Jember – Kawan Lama Itu
650. Malikhatul Khayati, Magelang – Pesanku Untuk Umatku.
651. Maulana Saehudin, Kebumen – Bhinneka Tunggal Ika
652. Maqdum Maghrobi, Pasuruan – Pesan Kecil Untuk Tuhan.
653. Maria Ulfa, Samarinda – Ayat-ayat yang Terlupakam
654. Mar atun Khasanah, Yogyakarta – Meniti Rasa Bertajuk Damai CintaNYA.
655. Mar’atus Sholikhah, Kediri – Nirwana Kedamaian
656. Marlina Ratna Puspitasari, Klaten – Pelangi.
657. Marta Oktavia, Bandung – Tembok Derita Runtuhkanlah
658. Maryana Ulfa, Boyolali – InsyaAllah.
659. Masruroh, Bogor – Damai, Aku Mohon
660. Maswar, Jember - Aku Dan Kamu: Pesan Damai Untuk Kita.
661. Maulana, Cirebon - Bersatu Meraih Mimpi.
662. Maulida, Sidoarjo – Kuasa.
663. Maulidina Zahra Nabila, Kendal – Bilakah Nanti.
664. Mayang Intan Triastuti, Nganjuk – Bibir Merekah Itu
665. Mazroatul Khusni, Perihal seorang insan yang merayau melafalkan surat-surat harmoni di kala fajar
666. Mega Listiyani, Tegal - Damailah Ibu Pertiwi.
667. Mega Nur Wachidah, Kata Gresik - Bukan Sembarang.
668. Meidy Ayu Titi .s.h , Jakarta – Kebyar-Kebyar Gelas-Gelas Kaca
669. Meilanie Fitria, NTB – Satu
670. Melinia Jenny Ramadhany, Tangerang - Berdamailah
671. Melita Indragiri, Hulu Riau – Ketika Kedamaian Dipertaruhkan.
672. Melly Andriani Br. Ginting, Serang Banten – Surga Damai.
673. Melly Pertiwi, Tasikmalaya -Rintih Kecilku
674. Mesi Ratna Deviani, Tulungagung – Surat Dari Langit.
675. Messa Rayhan, garut – Untaian Cinta
676. Meta Alifah Khairunnissa, Bekasi – Membangun Atau Merusak
677. Metty Lolita, Jambi – Di Minggu Pagi.
678. Miftah Aji Zulfikar, Madiun – Tetes Darah Radikal.
679. Miftakhul Huda, Surabaya – Damai Diri.
680. Miftakhur Rohmah, Magelang – Biruna Langit dan Birunya Bumi
681. Mila, Malang – Bisikan Sajak Damai
682. Mila oktarina, Palembang - 1998: Tragedi HAM.
683. Mita Hairani, Pontianak – Bersatu Dalam Warna
684. Mochamad Navik Mubarok, Malang – Kedamaian
685. Mochamad Ighfir Sukardi, Pasuruan – Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia
686. Mochammad Wildan Syakuro, Sidoarjo - Bersatu Yang Menyatu.
687. Moh Abd Wahid Al jamil, Madura – Sehelai Pita Di Kaki Garuda
688. Moh. Ilmi Zayyad, Sumenep – Para Taretan-Taretan.
689. Moh Kholilullah, Sumenep – Jalan Hidup, Keyakinan
690. Moh Mahfud, Bnjarmasin- Doa Seekor Daun
691. Moh. Yazid, Sumenep – Damailah NU-Ku.
692. Moh. Yazid – Saudaraku Bersabarlah.
693. Moh Tamimi, Sumenep – Pesan Damai Untuk Seluruh manusia
694. Mohammad, Majalengka – Damaiku.
695. Mohammad Aksol Muntaha, Tulungagung – Wejangan Untuk Perdamaian
696. Mohammad Danial Bangu, Jakarta – Damai Hingga Kelelahan.
697. Mohammad Isro’j Ridlo Munjhabi, Kudus - Bias Seorang Buas.
698. Monika Zumran, Sigi – Karena Kita Bersaudara.
699. Muammanah Fauzi, Sumenep – Ketika Terang Berganti Gelap.
700. Muchamad Bagus F, Karawang- Kicauan Warung Kopi
701. Mudatsir, Gorontalo - Kedamaian Kita.
702. Mughni Labi, Ciputat Tangsel - Uluk Salam.
703. Muh Nur Khoiruddin, Grobogan - Bahagia
704. Muh. Alaikassalam, Kudus – (bukan) Sajak Manusia.
705. Muh Soeharto Dwi Putra Rahman, Tangerang – Negeri Sarkasme
706. Muhamad Aroka Fadli, Jakarta – Aleppo.
707. Muhamad Junda Azizi, Surabaya - Ku Harap Burung Berbohong.
708. Muhamad Rafli, Tangerang - Damai Untuk Insan.
709. Muhammad Abdul Basith, Jakarta - Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia.
710. Muhammad Abdul Wahid, Bangka Belitung – Surat Dari Medan Perang.
711. Muhammad Adhif, Lamongan – Menebar Damai Untuk Semua.
712. Muhammad Adib, Pekalongan – Pancasila Lil ‘Alamin.
713. Muhammad Aditya Nofrianda, Tanjungpinang – Mustahilkah Terjadi ?
714. Muhammad Affan, Jember – Bingkisan Dari Ghandi.
715. Muhammad Afdhalul Ihsan, Bandung – sesingkat Cerita Pesan-Pesan
716. Muhammad Afis, Lamongan- Tanah Saudaraku.
717. Muhammad Akbar Hasyim Lubis, Medan – Hanya Lain Nama Lain Rupa.
718. Muhammad Ali Akbar, Jawa Timur – Membingungkan.
719. Muhammad Ali Faqih, Yogyakarta - Hanya Pagi Hari Di Pinggiran Kota.
720. Muhammad Arif Rachman, Banyumas – Adakah Ada.
721. Muhammad Arman Permana, Cianjur – Musim Abadi.
722. Muhammad Arsyad, Bekasi – Damailah Duniaku.
723. Muhammad Badrun, Purwokerto – Risalah Zaman.
724. Muhammad Chairul Habib, Medan – Apa Itu Damai.
725. Muhammad De Putra, Kampar – Percakapan Tentang Perdamaian Manusia Bersama Soekarno, Mandela Dan Teresa.
726. Muhammad Caesar Suratno, Banten – Ash-Shulhu Human
727. Muhammad Fadhil Ma’ruf, Yogyakarta - Menatap Berharap.
728. Muhammad Fahruddin Al Mustofa, Sidoarjo - Hapus Air Matamu Aleppo.
729. Muhammad Fawaz, Bali - Damailah Manusia.
730. Muhammad Fawaz Thoriq, Abdurokhman, Pemalang – Aku Masih Saudaramu
731. Muhammad Fahimuddin, Yogyakarta – Damai Dalam Perbedaan.
732. Muhammad Fikram Pratama, Palembang – Manusia Yang Sia-Sia.
733. Muhammad Firyal Diazka, Pontianak - Perdamaian Harus Dicapai.
734. Muhammad Giswan, Sulawesi Tenggara – Penyamaran Dunia.
735. Muhammad Gusri, Sengkang – Kesalahpahaman Berujung Petaka
736. Muhammad Haikal Baziwilhan, Trenggalek – Suka Kebencian
737. Muhammad Hasan Muzaki, Mojokerto - Perseteruan Umat.
738. Muhammad Hasan Pratama, Medan - Manusia Tanpa Majikan.
739. Muhammad hasan Shiddiq, Demak – Assalamu’alaikum Alam.
740. Muhammad Ilham Zulkhaejananto, Boyolali – Nafsu Melupakan Sesama.
741. Muhammad Imam Ghozali, Jakarta – Antara Engkau, Manusia Dan Tuhan.
742. Muhammad Indarto, Muara Teweh – Harmoni.
743. Muhammad Iqbal, Banjarmasin – Ma’rifat Rindu Sehelai Daun.
744. Muhammad Khayrul Anwar, Bangkalan – Bersila Cinta.
745. Muhammad Lutfi, Pati - Salam Damai Seluruh Saudaraku.
746. Muhammad Nabila kizbul Hirzul Jausan, Tulungagung – Di Beranda Kedamaian
747. Muhammad Rachman Ramadhani, Brebes - Berdiri tegak Menentang.
748. Muhammad Raji Fudin,cerita Ego Yang Salah Jalan
749. Muhammad Rifki, Banjarbaru – Pak, Tolong Ajari.
750. Muhammad Rizki Bahari, Banjarbaru – Ruangku.
751. Muhammad Rizky Hamzar K, Lombok – Mendaku Cinta.
752. Muhammad Ro’uf, Malang - Terima Kasih NU.
753. Muhammad Taufan, Cimahi - Indahnya Damai.
754. Muhammad Taufiq Abdurrahman, Yogyakarta - Kedamaian Hakiki.
755. Muhammad Wafiq Arzaaq – Kata Manusi Beragam.
756. Muhammad Wahyudi, Pasuruan - Damai itu Apa.
757. Muhammad Wildan Basri, Bintaro – Kanvas Air Mata
758. Muhammad Yasir, Yogyakarta – Kepada Hujan Di Bulan Januari
759. Muhammad Zafar, Cirebon – Bebaskan.
760. Muharrir Amarul Ikram, Banda Aceh - Sejuta Rasa dalam Kedamaian.
761. Muhri, Bangkalan – Putus Asa.
762. Muhsyanur, Makassar – Pesan Dunia Akhirat.
763. Muhyiddin, Pasuruan – Apa Yang Terjadi Jika Dunia Tanpa Islam.
764. Muizzatun Zulfatus Suroya, Pekalongan – Rintik Kabut.
765. Mukhammad Lutfi, Kabupaten Pasuruan – Karena Damai Itu Ibadah.
766. Muklas Irwanto Subaktiar, Gresik – Aku, Aki, dan Peribahasa Damai
767. Mukhlis Al-Firmany, bangkalan – Al-Fatihah
768. Mulana, Cirebon - Hanya Keimanan Yang Melahirkan Kesabaran.
769. Muliana Oktaviani, Pesan damai Dalam Hati
770. Mulyono Ardiansyah, Medan -Boleh Marah Tapi Kenali Salam
771. Muslimah, Cirebon -Tali Persatuan
772. Mutakim, Wonosobo - Harapan Seorang Bocah Kecil.
773. Mutiatul Mufarrohah, Bangkalan - Damai
774. Mutmainnah, Polewali – Kita Satu
775. Muthmainnah, Palembang – Indonesia Selamanya.
776. Mutia Sukma, Aceh – Damailah Duniaku.
777. Muthi’ah, Sragen – Di Menara Rindu
778. Mutiah Nasution, Medan – Obat Damai.
779. Mutiara Indah, SumSel – Kedamaian Yang Indah.
780. Mutiatul Mufarrohah, Bangkalan - Damai
781. Muwafaqoh Ni’amillah, Boyolali – Untuk Semangat Kamu
782. N. Imro Athussyaleha, Pelaihari - Sang Ego Keji.
783. N. Liyus Susanto, Kediri – Bersama.
784. Nabella Nur Fauzanah, Tegal – Beragam, Seragam.
785. Nadhirul Maghfiroh, Malang – cerita Yatim Piatu Untuk Sang Laut
786. Nadia Kusumaningrum, Tegal – Perbedaan dalam Islam
787. Nadia Putri Lestari, Pangandaran - Petuah Simbahku.
788. Nadila Putri, Yogyakarta – Sama Tapi Beda
789. Nadiya Musyrifah, Sumedang - Pesan Bisu.
790. Naela Rizky, Pemalang – Sudah Biasa
791. Nafi Nur Rafida, Solo – Pesan Untukmu
792. Nafi’ Inayana Zaharo, Pati – Siapa Manusia ?.
793. Nahda elen Fandirika, Magelang – kami Nu dan kami tahu tuhan tak harus dibela
794. Naily Anisatus Sholihah, Cilavcap – Dan Sebuah Ratapan
795. Nailul Himmah, Pekalongan – Kita Semua Sama
796. Najmatul Hikmah Nurizzati MP, Sumenep – Damai.
797. Nanda Dyani Amilia, Medan – Menjahit Doa Untuk Dunia.
798. Nanda Wigati, Lupa
799. Nandita Widya, Bandung – Jeritan Dimedan Perang
800. Nani Chairani Lestari Lubis, Medan – Dimana Renungan Kalbu.
801. Nanik Kartika ranadewi, Klaten – Kepada Akar
802. Nasibatul Husna, Jombang – Durjana Malam Tercipta.
803. Nasruddin Rifqi, Boyolali – Gugur Putik
804. Nasiruddin Munir, Pamekasan - Assalamualaikum Negeriku.
805. Nastain Achmad, Tuban – Heneng Hening Henung Henang
806. Nasukha Yusuf, Pemalang – Luapan Angan.
807. Naura Ardianasari, Ponorogo – Membeli Untuk Tertawa Mereka.
808. Nayef Rouchel Amal, Cirebon – Lupa Makna
809. Nazifpri Etradriadi, Pariaman – Doaku Untuk Kedamaian Yang Dinantikan.
810. Nela Agustina Angraini, Mojokerto – Surga Berisyarat Cinta.
811. Nelda Trisna Ayu, Ponorogo – Suara Dari Tetua Alam.
812. Neneng, Bandung – Renungkanlah Hai Manusia.
813. Neng Reni Restiani, Sukabumi – Damai ?.
814. Nenny Fauzia, Bandung – Makna Yang Tersamarkan.
815. Ngainun Najib, Ciamis - Manusia Super Lucu.
816. Ni’matul Jannah, Jepara – Kesadaran Hati.
817. Nida Nazihah Ahmad, Bandung – Lihatlah.
818. Niken Elvok .W, Surabaya - E-mail Perdamaian.





819. Nila Sari Toha, Ternate – Di Balik Untaian An-nas
820. Nilna Amukti Rahayu, Blitar Jawa Timur – Andai Aku Bisa Bicara.
821. Nina Bonita, Lamongan – Jerit Malaikat Kecil Palestina.
822. Nina Refyanti, DKI Jakarta – Memulai Kebohongan.
823. Nindi Friska, Bangka Tengah - Adil Untuk Siapa.
824. Ningrum Yuniarti, Depok – Dibalik Hati
825. Nining Nurhayati, Jakarta – Januari Berselimut Tanya
826. Niswatul Fikriyah, Pamekasan – Manis Dan Pahit Yang Kita Lalui.
827. Nita Sasmita, Makassar – Mereka pun Manusia.
828. Nitti Kundariana, Demak – Rintihan Kota Senja.
829. Nivia, Pangkalpinang – Secangkir Larik Senja Dunia.
830. Noer Azizah, Sumenep – Hakikat Manusia.
831. Noor Ilma Arifa, Banjarbaru – Cukuplah dari Bibit
832. Norrahman Alif, Sumenep – Ketika Air Membunuh Api Dalam Diri.
833. Noufal Balya Anzalina, Tanjung Pura - Kita Beda.
834. Novaldy Andrian, Makasar - Perdamaian Awan Putih.
835. Novia Fitri Jayanti, Pekanbaru – Cenderamata Untuk Dajjal.
836. Novia Rika, Jakarta – Langit Penyambut Kematian
837. Noviani Sari, Bandung – Desir Ombak Membangkitkan Gelora Di Kalbu.
838. Noviarti, Pekanbaru – Dengungkanlah Perdamaian.
839. Novita AA, Yogyakarta – Surat Cinta
840. Novita Kusumawardani, Ngawi – Damaiku Damaimu Damailah Seluruh Dunia.
841. Novita Nila, Depok – Pesan Cinta dari Surau
842. Novita Sari ,Jambi - Suara
843. Noviyanti, SumSel – Jerit Damai Untuk Dunia.
844. Nu’man Zaeyn, Bannyuwangi – Peluru.
845. Nungky Kusuma Wardhani, Tangerang – Sindiran Dalam Hati.
846. Nunuk Demes H, Pasuruan - Tajuk Rindu Senja.
847. Nur Adeli Rizal, Makassar – Bangsaku Yang Menguning.
848. Nur Anisa Saila, Bandung – Sakinah
849. Nur Asyiah, Padangsidempuan – Damainya Waktu Fajar
850. Nur Candra Oktarian, Gunung kidul - Secoret Harapan.
851. Nur Faizi, Brebes – Intervensi.
852. Nur Fitri Kholifah, Depok – Pesan Dari Semesta.
853. NurHidayah Tanjung, Bengkulu – Kedamaian Adalah Hak Manusia
854. Nur Hidayah, Semarang – Genderang Perdamaian
855. Nur Iklimah Safitri, Selatpanjang – Sama Salam
856. Nur Kholis, Pati – Lewat Suari Tuhan.
857. Nur Maulidiyah, Gresik – Sajak Kalbu
858. Nur Muhammad Aminuddin, Banyuwangi – Menjijik-kan
859. Nur Rahmawati Ayukaryana, Surakarta – Kompas Lain Menuju Pesan Kedamaian.
860. Nur Tabah Cahyani, Sukoharjo – Tengok Itu Jemari.
861. Nur Wahyu Khalish Barus, Bogor – Tanya Anak Negeri
862. Nuraeni Shopiyah, Bandung – Senja Penghantar Kedamaian.
863. Nurafiatul Hasanah, Malang – Renjana Untuk Berdamai.
864. Nurfitriyanie, Jakarta – Isyarat Hujan.
865. Nurhalimah, Lumajang – Rindtihan Pijakanmu.
866. Nuri Shinta Hidayati, Sumenep – Dunia Tak Seindah Taburan Pasir.
867. Nurifah Rahmawati, Banjarnegara – Bukan Waktunya.
868. Nuril Supriadi Zaini, Sumenep – Salam, kata, dan doa senjata
869. Nuris Satriawan, Situbondo – Pesan Sang Pembeda.
870. Nurkumalasari, Sulawesi Barat – Lagu Bisu.
871. Nurlatifah Amu, Makasar - Gurat-Gurat Halus Tak Kasat Mata.
872. Nurmant Aryant, Solo – Sebuah Wasiat
873. Nurohman, Nganjuk – Elegi Damai.
874. Nurpalah, Sambas - Kupanggil Kau Kedamaian.
875. Nursari, Bandung – Mengapa.
876. Nurtaufik, Bondowoso - Musim Kembali Bertarhim.
877. Nurul Aisyah, Bekasi – Ratapan Langit
878. Nurul Amirah, Bangka Belitung – Berdiri Tidak Sendiri.
879. Nurul Amrina, MAgelang – Melodi Perdamaian
880. Nurul Hikmah, Tamban Banjarmasin – Assalamu’alaikum Khalifah.
881. Nurul Izzah, Jambi – Untuk Generasiku
882. Nurul Laili, Madura – Segersang Tanah Berdarah.
883. Nurul Ma’rifah, Tebuireng Jombang – Menengadah Sejuta Harapan.
884. Nurul Maghfirah, Makassar – Senandung Rindu Sang Pujangga.






Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews