http://sapulidinews.com
Editor: Asep Sabar
Peliput: Tim
RADARBOLMONG, KOTAMOBAGU
– Ironis dan terjadi di daerah-daerah di Bolaang Mongondow Raya (BMR),
dimana kenaikan anggaran pendidikan yang signifikan ternyata tak
berbanding lurus dengan upaya penghentian anak putus sekolah.
Tercatat, siswa atau anak siswa putus
sekolah dan siswa yang tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya masih banyak terjadi di BMR. Lihat saja tingginya angka anak
putus sekolah di Kabupaten Bolmong Timur (Boltim). Data Diknas setempat
mencatat ada 435 orang Anak Putus Sekolah (APS) tingkat Sekolah Dasar
(SD), 237 orang untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
sebanyak 135 orang tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), atau ditotalkan
sebanyak 807 orang APS.
Kepala Bidang Kurikulum Diknas Boltim,
Agus Ruhimat, mengatakan jumlah itu sudah merupakan keseluruhan dari
semua tingkatan sekolah yang ada, yakni SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA. “Untuk
tingkat SD ada 8.703 siswa, sementara yang putus sekolah sebanyak 5
persen dari jumlah yang ada. Untuk tingkat SMP, ada 3382 siswa, yang
putus sekolah sebanyak 7 persen, sedangkan tingkat SMA, sebanyak 4
persen dari jumlah 3382 siswa,“ ungkap Agus.
Yang menarik di Kabupaten Bolmong.
Menurut Diknas setempat angka putus sekolah sebenarnya sangat tinggi.
“Hingga kini kami masih melakukan rekap ke beberapa instansi terkait dan
sekolah,” tegas Plt Kadis Dikas Bolmong, Dra Mariani Massagu, Kamis
(12/9) kemarin.
Mariani menambahkan pihaknya juga masih
belum memiliki informasi rinci terkait apa penyebab anak-anak putus
sekolah di daerahnya. “Yang pasti sampai saat ini kami masih merekap.
Kepala Bidang (Kabid) yang punya tugas untuk mendata ini mengaku belum
direkap, masih di tingkat cabang dinas. Meski saya baru ditunjuk sebagai
Plt, saya tetap akan memberikan teguran keras terhadap mereka yang
punya tanggung jawab namun tidak dijalankan dengan baik,” tegas Maraini.
Sementara itu Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga (Dikpora) Kota Kotamobagu, mengaku prihatin dengan
tingginya APS di daerah ini. Karenanya Dikpora akan segera melakukan
sensus terhadap hal itu. ‘’Selain karena hasil rakor bersama
kabupaten/kota se-Sulawesi Utara, sensus yang akan dilakukan nanti
menjadi bahan bagi daerah untuk melakukan evalusi,’’ ujar Kepala Dikpora
Sa’ir Lentang, ketika dikonfirmasi, Kamis (12/9) kemarin.
Di Kota Kotamobagu sendiri, menurut
mantan sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kotamobagu
ini, angka siswa drop out (DO) tidak menunjukkan angka yang siknifikan.
Namun hal tersebut, tidak harus menjadi pihaknya terlena, sehingga perlu
untuk diantisipasi. ‘’Jika melihat dari hasil rakor kemarin. Banyaknya
siswa yang terpaksa putus sekolah diakibatkan pergaulan yang saat ini
cendrung bebas. Sehingga menjerumuskan mereka ke hal-hal yang negatif,’’
ungkap Lentang.
Beberapa langkah antisipasi yang
dilakukan Dikpora, kata kadis, adalah dengan membuka kelompok sanggar
belajar untuk dapat menyarankan kepada para siswa untuk dapat mengikuti
ujian paket C. ‘’Dari data yang ada saat ini, jumlah APS untuk tingkat
SMP dan SMA itu berkisar 12 sampai 15 orang. Dan ini bukan karena faktor
kurangnya fasilitas pendidikan atau karena ketidakmampuan orang tua
menyekolahkan anak mereka,’’ ujar Lentang, saat ditanyakan faktor yang
mempengaruhi siswa di Kotamobagu hingga DO.
Datanya untuk APS SD/MI sebanyak
64 orang dari jumlah siswa sekolah 13,521 atau hanya 0.47
persen. Beikutnya untuk tingkat SMP/MTs sebanyak 90 orang APS dari
jumlah siswas sekitar 7,179 atau 1.25 persennya. Terakhir untuk tingkat
SMA/SMK/MA sebanyak 120 orang dari sekitar 6,077 siswa sekolah atau
hanya 1.97 persen saja. Bila ditotalkan APS di Kotamobagu berjumlah
283 dari siswa sekolah sebanyak 29,359 atau hanya 0.96 persen
saja.
Bila dibandingkan, rata-rata siswa putus
sekolah didominasi oleh siswa perempuan. ‘’Dan menjadi perhatian kami
untuk dapat memberikan pembelajaran kepada siswa, khususnya pada usia
remaja untuk tidak terlibat pada hal-hal yang menjerumuskan mereka pada
hal-hal yang tidak baik. Sekolah sekarang juga sudah harus pro aktif
melakukan konseling ke rumah-rumah karena tidak alasan untuk tidak
sekolah, karena banyak anggaran untuk itu seperti BOS dan lain-lain. Dan
apabila berniat APS ingin kembali sekolah, maka pihak sekolah siap
menampung dan memberikan keringanan.”
Pamkab Bolmong Utara (Bolmut) melalui
Kepala Dinas Pendidikan, Fatsoen Bata, saat dikonfirmasi kemarin mengaku
pihaknya sudah mendata semua APS yang ada di daerahnya. “Namun kalau
ditotalkan dengan jumlah siswa sekolah, angka APS masih kecil. Meski
begitu kami tetap akan memperhatikan keberadaan mereka agar mau kembali
ke sekolah,” tegas kadis.
Sebagaimana diketahui, setidaknya ada
beberapa persoalan yang membuat angka putus sekolah masih cukup tinggi.
Pertama, terkait dengan kemiskinan yang hingga kini belum sepenuhnya
teratasi. Kemiskinan jelas menjadi momok dalam dunia pendidikan. Program
sekolah gratis untuk tingkat SD dan SMP yang didengungkan pemerintah,
ternyata belum sepenuhnya terealisasi. Di sana-sini masih terdengar
kabar maraknya pungutan liar (pungli) terhadap siswa baru. Demikian juga
saat kenaikan kelas, masih saja ada sekolah yang memungut sejumlah uang
dari siswa. Belum lagi untuk pembelian buku dan lembaran kerja siswa
(LKS), meski pemerintah memiliki program BOS buku dan buku sekolah
elektronik (BSE). Semua itu membutuhkan biaya tak sedikit dan pasti
sulit dipenuhi keluarga miskin.
Berikutnya terkait minimnya kesadaran
tentang pentingnya pendidikan, terutama pada keluarga miskin. Selama
ini mereka hanya berpikir pendek untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kemudian kondisi geografis juga menjadi kendala anak-anak bersekolah.
Kondisi geografis yang tak menguntungkan itu membuat sebagian anak lebih
senang berdiam di rumah daripada menimba ilmu di sekolah. Yang tak
kalah penting adalah alokasi anggaran pendidikan yang terkadang tidak
tepat sasaran dan minim pengawasan. (*)
Anak Putus Sekolah BMR
DAERAH SD SMP SMA/K JUMLAH
Bolmong – – – –
Bolmong Selatan 27 50 28 105
Bolmong Timur 435 237 135 807
Bolmong Utara 125 69 47 241
Kotamobagu 64 90 129 283
Sumber: Diknas se-BMR
http://www.radarbolmong.com/read/2605/anak-putus-sekolah-jadi-momok.html