Sunday, September 22, 2013

Anak Putus Sekolah Jadi Momok

http://sapulidinews.com

Editor: Asep Sabar
Peliput: Tim

RADARBOLMONG, KOTAMOBAGU – Ironis dan terjadi di daerah-daerah di Bolaang Mongondow Raya (BMR), dimana kenaikan anggaran pendidikan yang signifikan ternyata tak berbanding lurus dengan upaya penghentian anak putus sekolah.

Tercatat, siswa atau anak siswa putus sekolah dan siswa yang tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya masih banyak terjadi di BMR. Lihat saja tingginya angka anak putus sekolah di Kabupaten Bolmong Timur (Boltim). Data Diknas setempat mencatat ada 435 orang Anak Putus Sekolah (APS) tingkat Sekolah Dasar (SD), 237 orang untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan sebanyak 135 orang tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), atau ditotalkan sebanyak 807 orang APS.

Kepala Bidang Kurikulum Diknas Boltim, Agus Ruhimat, mengatakan jumlah itu sudah merupakan keseluruhan dari semua tingkatan sekolah yang ada, yakni SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA. “Untuk tingkat SD ada 8.703 siswa, sementara yang putus sekolah sebanyak 5 persen dari jumlah yang ada. Untuk tingkat SMP, ada 3382 siswa, yang putus sekolah sebanyak 7 persen, sedangkan tingkat SMA, sebanyak 4 persen dari jumlah 3382 siswa,“ ungkap Agus.

Yang menarik di Kabupaten Bolmong. Menurut Diknas setempat angka putus sekolah sebenarnya sangat tinggi. “Hingga kini kami masih melakukan rekap ke beberapa instansi terkait dan sekolah,” tegas Plt Kadis Dikas Bolmong, Dra Mariani Massagu, Kamis (12/9) kemarin.
Mariani menambahkan pihaknya juga masih belum memiliki informasi rinci terkait apa penyebab anak-anak putus sekolah di daerahnya. “Yang pasti sampai saat ini kami masih merekap. Kepala Bidang (Kabid) yang punya tugas untuk mendata ini mengaku belum direkap, masih di tingkat cabang dinas. Meski saya baru ditunjuk sebagai Plt, saya tetap akan memberikan teguran keras terhadap mereka yang punya tanggung jawab namun tidak dijalankan dengan baik,” tegas Maraini.

Sementara itu Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Kotamobagu, mengaku prihatin dengan tingginya APS di daerah ini. Karenanya Dikpora akan segera melakukan sensus terhadap hal itu. ‘’Selain karena hasil rakor bersama kabupaten/kota se-Sulawesi Utara, sensus yang akan dilakukan nanti menjadi bahan bagi daerah untuk melakukan evalusi,’’ ujar Kepala Dikpora Sa’ir Lentang, ketika dikonfirmasi, Kamis (12/9) kemarin.

Di Kota Kotamobagu sendiri, menurut mantan sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kotamobagu ini, angka siswa drop out (DO) tidak menunjukkan angka yang siknifikan. Namun hal tersebut, tidak harus menjadi pihaknya terlena, sehingga perlu untuk diantisipasi. ‘’Jika melihat dari hasil rakor kemarin. Banyaknya siswa yang terpaksa putus sekolah diakibatkan pergaulan yang saat ini cendrung bebas. Sehingga menjerumuskan mereka ke hal-hal yang negatif,’’ ungkap Lentang.
Beberapa langkah antisipasi yang dilakukan Dikpora, kata kadis, adalah dengan membuka kelompok sanggar belajar untuk dapat menyarankan kepada para siswa untuk dapat mengikuti ujian paket C. ‘’Dari data yang ada saat ini, jumlah APS untuk tingkat SMP dan SMA itu berkisar 12 sampai 15 orang. Dan ini bukan karena faktor kurangnya fasilitas pendidikan atau karena ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anak mereka,’’ ujar Lentang, saat ditanyakan faktor yang mempengaruhi siswa di Kotamobagu hingga DO.
Datanya untuk APS SD/MI sebanyak 64        orang dari jumlah siswa sekolah 13,521 atau hanya         0.47 persen. Beikutnya untuk tingkat SMP/MTs sebanyak 90 orang APS dari jumlah siswas sekitar 7,179 atau 1.25 persennya. Terakhir untuk tingkat SMA/SMK/MA sebanyak 120 orang dari sekitar 6,077 siswa sekolah atau hanya 1.97 persen saja. Bila ditotalkan APS di Kotamobagu berjumlah 283       dari siswa sekolah sebanyak 29,359 atau hanya 0.96 persen saja.

Bila dibandingkan, rata-rata siswa putus sekolah didominasi oleh siswa perempuan. ‘’Dan menjadi perhatian kami untuk dapat memberikan pembelajaran kepada siswa, khususnya pada usia remaja untuk tidak terlibat pada hal-hal yang menjerumuskan mereka pada hal-hal yang tidak baik. Sekolah sekarang juga sudah harus pro aktif melakukan konseling ke rumah-rumah karena tidak alasan untuk tidak sekolah, karena banyak anggaran untuk itu seperti BOS dan lain-lain. Dan apabila berniat APS ingin kembali sekolah, maka pihak sekolah siap menampung dan memberikan keringanan.”

Pamkab Bolmong Utara (Bolmut) melalui Kepala Dinas Pendidikan, Fatsoen Bata, saat dikonfirmasi kemarin mengaku pihaknya sudah mendata semua APS yang ada di daerahnya. “Namun kalau ditotalkan dengan jumlah siswa sekolah, angka APS masih kecil. Meski begitu kami tetap akan memperhatikan keberadaan mereka agar mau kembali ke sekolah,” tegas kadis.

Sebagaimana diketahui, setidaknya ada beberapa persoalan yang membuat angka putus sekolah masih cukup tinggi. Pertama, terkait dengan kemiskinan yang hingga kini belum sepenuhnya teratasi. Kemiskinan jelas menjadi momok dalam dunia pendidikan. Program sekolah gratis untuk tingkat SD dan SMP yang didengungkan pemerintah, ternyata belum sepenuhnya terealisasi. Di sana-sini masih terdengar kabar maraknya pungutan liar (pungli) terhadap siswa baru. Demikian juga saat kenaikan kelas, masih saja ada sekolah yang memungut sejumlah uang dari siswa. Belum lagi untuk pembelian buku dan lembaran kerja siswa (LKS), meski pemerintah memiliki program BOS buku dan buku sekolah elektronik (BSE). Semua itu membutuhkan biaya tak sedikit dan pasti sulit dipenuhi keluarga miskin.

Berikutnya terkait minimnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan, terutama pada  keluarga miskin. Selama ini mereka hanya berpikir pendek untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemudian kondisi geografis juga menjadi kendala anak-anak bersekolah. Kondisi geografis yang tak menguntungkan itu membuat sebagian anak lebih senang berdiam di rumah daripada menimba ilmu di sekolah. Yang tak kalah penting adalah alokasi anggaran pendidikan yang terkadang tidak tepat sasaran dan minim pengawasan. (*)

Anak Putus Sekolah BMR
DAERAH                      SD              SMP           SMA/K       JUMLAH
Bolmong                       –                 –                 –                 –
Bolmong Selatan         27               50               28               105
Bolmong Timur            435             237             135             807
Bolmong Utara             125             69               47               241
Kotamobagu                64               90               129             283

Sumber: Diknas se-BMR

http://www.radarbolmong.com/read/2605/anak-putus-sekolah-jadi-momok.html

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews