Thursday, September 17, 2015

Tanpa Kedua Tangan, Raisamba Ingin Bahagiakan Ibu

Pagi hari yang cerah ketika orang-orang sibuk lalu lalang untuk beraktifitas atau berlibur bersama keluarga, nampak jelas di mata mereka sesosok tubuh telanjang dada tanpa kedua tangan mengharap belas kasihan.

"Saya tidak meminta, hanya duduk bersila saja di atas trotoar. Kalau ada yang memberikan uang, saya tidak menolak," ujarnya kepada Harian Terbit di trotoar, Cijantung, Jakarta Timur, Minggu (13/9/2015).

Saat ditanyakan nama, remaja ini terlihat malu. "Nama saya Raisamba, umur 17 tahun," ucapnya lirih seakan banyak hal yang dipendamnya dalam hati.

Raisamba menceritakan kisah hidupnya yang getir tanpa kedua tangan yang sejak ia lahir memang sudah cacat. Kendati demikian ibunya Rika (56) dengan sabar membesarkan dan memeliharanya sehingga ia bertekad membahagiakan orang tuanya.

"Terutama ibu, saya ingin sekali membahagiakannya. Uang yang saya dapat ini selalu saya kasih ibu," ujarnya.

Kejadian menjengkelkan pun dikisahkan mengenai ayahnya yang dianggap kurang bertanggung jawab. "Bapak saya namanya Anto. Sebenarnya kurang suka dengan dia (Anto) karena kurang tanggung jawab dan perhatian pada saya dan ibu, saya bahkan pernah berkelahi dengannya," beber Raisamba.

Remaja yang bisa bercerita dengan ucapan baik ini menambahkan, sehari-hari ia makan dan minum menggunakan kaki. "Saya juga sholat, ya wudhu menggunakan kaki, membuka buku bacaan dengan kaki, saya lancar membaca. Kalau di pinggir jalan begini sengaja buka baju, cari keringat dan orang-orang bisa melihat jelas saya memang tak punya tangan. Tapi kalau ada yang mengajak kerja, saya sanggup," cetusnya optimis.

Selain itu keinginan kuat Raisamba untuk membantu ibu dikarenakan pendapatan yang minim. "Saya juga masih punya adik. Ibu saya kuli nyuci, bapak saya kerja bangunan, serabutan. Saya bersama saudara saya lahir di Cijantung, kami asli orang Betawi karena ibu Betawi," kisahnya.

Ketika ditanyakan apakah pernah mendapatkan bantuan dari dinas sosial? Raisamba menggeleng. "Tidak pernah ada bantuan dari dinas sosial. Saya ingin membahagiakan orang tua dengan usaha sendiri, ingin punya usaha sendiri, nanti kalau sudah sukses juga untuk ibu. Saya di pinggir jalan begini memang keinginan saya bantu orang tua," paparnya.

Tidak hanya membantu orang tua, Raisamba mengaku ingin terus membantu diri sendiri. "Saya tiap empat hari sekali ke majelis taklim Nurul Mustofa, itu untuk membantu diri saya agar mengerti ilmu agama. Bahkan saya pernah bertemu habib Munzir al Musawwa dan ustad Uje dalam mimpi sekitar tahun 2014. Kadang juga saya malam jumat ke majlis taklim Arrohmah dan pernah juga mimpi dengan Imam Bondjol," ujarnya.

Raisamba ingin sekali adiknya yang kondisi tubuhnya normal seperti anak-anak pada umumnya, bisa bersekolah lagi. "Adik saya berhenti karena biaya, memang sekarang gratis, tapi biaya lain kan tidak. Kalau saya saya tidak sekolah, belajar sendiri dari kecil. Pernah sih saya sekolah, tapi sekolah sepak bola di Poncol, sekarang sekolah itu sudah bubar," pungkasnya.
Foto: Dok Harian Terbit

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews