Monday, September 2, 2013

Diskusi Penyelamatan Ekosistim Danau Toba dan Hutan Harus Aksi Nyata

JAKARTA, Berita HUKUM - Pelestarian lingkungan sejak dulu merupakan persoalan yang tidak mudah diwujudkan, tapi sering disebut-sebut oleh berbagai pihak. Demikian pulan halnya dengan Pemerintah Indonesia yang sejak beberapa tahun lalu memberikan penghargaan Kalpataru kepada mereka yang berjasa demi lingkungan yang lestari.

Namun saat ini, pemberian penghargaan itu tidak lebih dari celebrate semata tanpa dukungan lebih lanjut dari Pemerintah di berbagai level untuk benar-benar membantu dan menghargai lingkungan. Hal ini yang menyebabkan banyak penerima Kalpataru merasa upaya yang mereka lakukan seakan sia-sia.

"Hutan di wilayah Samosir dan Toba Samosir telah berkurang luasnya, sejak beroperasinya PT Indo Rayon (Sekarang PT Toba Pulp Lestari) yang membutuhkan kayu untuk bubur kertas," kata Wilmar Simanjorang peraih Kalpataru dan Wanalestari, Minggu (1/9) di Kantor Pusat Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), jalan Tegal Parang Utara No. 14 – Mampang, Jakarta.

Lebih lanjut Wilmar mengatakan bahwa, permohonan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) baik dari perusaahan luar negeri maupun lokal yang ditujukan kepada Bupati Samosir, 7 tahun lalu ditolaknya. "Saya tolak waktu itu, karena saya masih menjabat sebagai Bupati," ucap mantan Bupati Samosir ini.

Penolakan Wilmar memiliki dasar yang kuat, dimana pentingnya kelestarian lingkungan dan hutan yang semakin gundul. Kondisi ekosistim danau Toba pun mengalami kerusakan yang serius. Hal tersebut nampak pada 2 subjek, yaitu luas tutupan hutan terus berkurang dan kualitas air danau yang telah tercemar ringan.

Keprihatinan melihat rusaknya ekosistim danau Toba, juga disampaikan Marandus Sirait. Menurutnya hutan Telle yang tersisa 800 hektar, sangat berharga bagi masyarakat di lingkungan Toba.

"Jangan bandingkan hutan di wilayah Toba dengan Kalimantan. Kami sangat menyesalkan pemberian IPK kepada PT GDS dan siapapun oleh Dinas Kehutanan dan Bupati setempat. Kami sangat mengharapkan Bupati segera mencabut izin tersebut, sebagai bentuk perbaikan atas kebijakan yang kami anggap keliru," tegas Marandus.

Sementara itu, Hasoloan Manik yang juga peraih penghargaan Kalpataru, bersusah payah menjual kambingnya untuk bisa datang ke Jakarta. Hal ini dilakukan karena hutan makin terancam kelestariannya. "Pepohonan terus ditebangi, ini sangat memprihatinkan, butuh kepedulian kita bersama," ujar Manik dengan berapi-api.

Danau Toba yang telah ditetapkan sebagai kawasan tujuan wisata dan kawasan strategis nasional harus dijaga fungsi dan kelestariannya. WALHI yang mendukung dan mencoba memfasilitasi serta melakukan advokasi terhadap para aktivis yang peduli dan cinta pada lingkungan di Indonesia, akan mengawal persoalan ini.(bhc/mdb)


0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews