Awas, HIV/AIDS Bisa Terjangkit Pada Anak-anak
Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, secara keseluruhan penyakit tersebut sudah mencapai 870 kasus, 50-an diantaranya adalah anak-anak. Sedangkan dalam kurun waktu Januari-November 2015, terdapat 92 kasus.
“Pengidapnya bukan hanya warga Kota Bengkulu, tapi juga kabupaten seperti Mukomuko, Curup, Bengkulu Selatan dan Lebong. Khusus untuk data tahun ini, yang terjangkit adalah usia produktif,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, H Amin Kurnia SKM MM, kemarin.
Dijelaskan Amin, sebagian besar terjangkitnya penyakit tersebut bearasal dari berhubungan seksual, sedangkan dari alat cukur dan lainnya belum ditemukan di Bengkulu.
“Penularannya utamanya melalui hubungan seksual, sedangkan bagi anak baru lahir karena orang tuanya terjangkit,” ujarnya.
Menurutnya, bagi orang tua yang anak-anaknya terjangkit tidak perlu khawatir, karena obat untuk menjaga kekebalan tubuh bisa didapat dengan mudah, bahkan secara gratis di klinik di RSUD M Yunus Bengkulu. Demikian juga kepada orang dewasa yang positif, Dinkes telah membuka klinik konseling agar mereka menyadari bahwa mereka sudah terjangkit sehingga saat mau berhubungan badan harus menggunakan kondom.
“Kendalanya mereka tidak mau karena malu,” ucapnya.
Untuk memproteksi menularnya HIV/Aids ini kepada anak yang baru lahir, Amin menyarankan kepada pasangan yang ingin menikah harus memeriksa dirinya terlebih dahulu apakah mereka positif atau negatif. Sebab, jika calon orang tua sudah positif, maka anaknya pun sudah bisa dipastikan positif HIV/Aids karena sejumlah penelitian menemukan bahwa orang tua terjangkit HIV/Aids maka anaknya pasti ikut terjangkit.
“Kalau mereka tetap mau punya anak, dapat mempersiapkannnya dari awal terutama masalah obat agar anaknya tetap sehat dan bisa bertahan hidup,” demikian Amin.(and)
- See more at: http://www.indopos.co.id/2015/12/awas-hivaids-bisa-terjangkit-pada-anak-anak.html#sthash.9W3bxQE2.dpuf
Serambibanten.com - Sepanjang 2015, tercatat ada 30 anak di Provinsi Banten yang terjangkit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).
Hal itu diungkap oleh sumber internal dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Banten dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Banten.Ketua LPA Provinsi Banten, Iip Syaripudin, mengatakan sedianya memang belum banyak kasus HIV/AIDS yang terungkap di Banten.
“Bisa jadi jumlahnya lebih banyak lagi, karena korban tidak berani melapor,” ujar Iip, Selasa (1/11/2015). “Kami belum mempunyai data lengkapnya, tapi kemungkinan bisa saja,” ujarnya.
Kemungkinan itu pun dibenarkan oleh Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait. Itu mengingat dari data nasional, Banten masuk jajaran daerah yang memiliki anak terjangkit HIV/AIDS.
“Saya yakin yang terungkap lebih banyak, secara nasional kan ada datanya, dan Banten masuk salah satunya, yang tinggi memang di Jawa Barat. Itu karena jumlah penduduknya banyak dan banyak yang melapor,” ujarnya setelah mengisi salah satu acara di Pendopo Gubernur KP3B.
Arist melanjutkan, kondisi tersebut menunjukan bahwa perhatian dan program Pemerintah masih kurang efektif dalam hal menyikapi persoalan-persoalan anak-anak.
“Pemerintah harus serius dalam membetuk program, jangan program yang bersifat proyek tapi program yang berbasis pada masyarakat,” ujarnya.
http://www.serambibanten.com/30-anak-di-banten-terjangkit-hivaids/
28.060 Orang Remaja di Indonesia Sudah Terinfeksi HIV, Hindarilah Seks Bebas
JAKARTA, – Kalangan remaja berusia 15-24 tahun merupakan kelompok yang rentan terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga September 2015 menunjukkan, remaja yang terinfeksi HIV berjumlah 28.060 orang (15,2 persen). Sebanyak 2089 orang (3 persen) di antaranya sudah dengan AIDS."Jumlah itu kumulatif dari tahun 1987, ya. Jumlah ini adalah fenomena gunung es. Angka itu yang berhasil kita temukan," ujar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Sigit Priohutomo seusai acara Gebyar Remaja Indonesia Peduli HIV/AIDS di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Sabtu (19/12/2015).
Penularan HIV tertinggi karena perilaku seks berisiko. Sedangkan penularan dari pemakaian jarum suntik sudah mulai menurun.
Menurut Sigit, penularan HIV terjadi karena kurangnya pengetahuan di kalangan remaja. Remaja harus paham pentingnya kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah penularan HIV.
Mengapa remaja menjadi kelompok yang rentan terinfeksi HIV? Psikolog Ratih Ibrahim menambahkan, pada saat remaja, yakni sudah memasuki masa pubertas akan muncul ketertarikan terhadap lawan jenis. Remaja merasakan jatuh cinta, berpacaran, dan muncul gairah seksual.
Sayangnya, para remaja ini belum tentu matang secara emosional. Tanpa pengetahuan yang benar, remaja ini rentan melakukan perilaku seks berisiko dan tertular HIV.
"Remaja ini harus dapat informasi yang benar. Bahayanya kalau mereka dapat informasi tersesat hanya dengan tanya teman atau tanya google," terang Ratih.
Untuk itu, menurut Ratih para remaja harus diisi dengan kegiatan yang positif. Ratih menegaskan, remaja dikatakan keren bukan dilihat dari banyaknya pacar atau sudah melakukan hubungan seksual, melainkan dari banyaknya kegiatan positif dan prestasi yang diperoleh.
http://www.indopos.co.id/2015/12/awas-hivaids-bisa-terjangkit-pada-anak-anak.html
Liputan6.com, Jakarta “Cegah dan lindungi diri, keluarga, masyarakat dari HIV dan AIDS”, teriak Agus Badrullah, seorang aktifis HIV/AIDS.
Agus Badrullah sempat menjadi salah satu pembicara dalam talkshow HIV & AIDS Bersama KPA Kota Surakarta. Dalam talkshow tersebut hadir seorang ibu rumah tangga penderita ODHA, ditulis Selasa (1/12/2015).
Data yang dimuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penderita ODHA tertinggi memang berada pada kalangan ibu rumah tangga. Data tersebut didapatkan dengan melakukan tes HIV terhadap ibu rumah tangga yang tidak terjangkit, tetapi rentan tertular dari para suami mereka. Para ibu rumah tangga ini dapat terjangkit apabila suaminya memiliki perilaku yang berisiko tinggi, seperti menggunakan jarum suntik dan para suami penikmat ‘pembeli’ seks.
Surarti, seorang ibu rumah tangga yang positif HIV pada 2009, mengaku bahwa ia tidak mengetahui apa dan siapa yang menyebabkan ia harus menghadapi hidup sebagai ODHA. “Saya merasa syok dan hancur saat saya divonis positif HIV”, ujarnya.
Surarti adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari hanya di rumah. Ketika ia divonis, ia merasa tidak mempunyai semangat hidup lagi. Ironisnya, Suharti adalah seorang janda. Ketika Suharti divonis sebagai ODHA, suaminya sudah meninggal karena sakit yang tidak diketahui. “Saya tahunya suami saya hanya sakit, lalu saya memutuskan untuk merawatnya di rumah sakit, lalu seketika ia meninggal.
"Saya tidak mengerti kalau ternyata suami saya terkena HIV/AIDS”, katanya. Suharti mendadak depresi akut sejak ia divonis jadi ODHA. Hingga saat ini pun Suharti tidak mengetahui apa yang menyebabkan dirinya menderita HIV/AIDS. Setelah ia bangkit dari keterpurukan selama berminggu-minggu, ia mulai mengubah pola pikirnya dengan mengikuti segala aktivitas maupun talkshow seputar HIV dan AIDS.
Ini hanyalah sebagian kecil perjalanan hidup seorang ibu rumah tangga yang berpotensi sangat tinggi sebagai ODHA di Indonesia. Satu Desember ini diperingati sebagai hari untuk menyadarkan seluruh masyarakat di dunia untuk menjauhkan HIV dan AIDS serta merangkul para penderita ODHA dengan memberikan motivasi serta meningkatkan semangat hidup ODHA.
Sumber: http://health.liputan6.com/read/2379154/banyak-ibu-rumah-tangga-tak-tahu-kenapa-dirinya-jadi-odha
Memprihatinkan, Penderita HIV/AIDS di Makassar Capai 7.000 Orang
Rimanews - Jumlah penderita HIV/AIDS Makassar pada tahun 2015 sangat memprihatinkan, karena sudah menyentuh angka 7.000 orang lebih.
"Penderita HIV/AIDS jumlahnya sudah sangat memprihatinkan, bahkan saat ini di kota Makassar tercatat lebih dari 7.000 orang positif terkena virus mematikan ini," ujar Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Makassar Syamsu Rizal di Makassar, Selasa (01/12/2015).
Dia mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS itu diperolehnya melalui hasil pemeriksaan darah baik yang dilakukan oleh PMI, Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas.
Meskipun dalam hitungan cukup banyak, namun jika berdasarkan angka persentase dari populasi penduduk angkanya jauh lebih sedikit karena masih banyak warga Makassar yang tidak pernah memeriksakan darahnya.
"HIV/AIDS itu seperti fenomena gunung es, misalnya terdata satu orang yang positif terkena HIV/AIDS, pada kenyataanya angka satu itu bisa mewakili 10 orang korban," katanya.
Deng Ical sapaan akrabnya itu mengatakan penyebaran HIV/AIDS didominasi melalui pola hubungan seksual yang tidak aman. Masih banyak pengidap yang tidak menyadari dirinya terinfeksi HIV/AIDS, lalu mereka melakukan hubungan seksual dan menularkan kepada pasangannya.
"Cara paling baik agar terhindar dari virus ini adalah setia sama pasangan, jangan coba nakal di luar karena dampaknya sangat menyeramkan bagi pasangan kita," pesannya.
Syamsu Rizal yang juga Wakil Wali Kota Makassar itu menjelaskan jika HIV atau Human Immunodeficiency Virus itu sendiri adalah virus yang merusak sistem pertahanan atau kekebalan tubuh Sementara AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat seseorang terjangkit virus HIV. Setiap 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia.
"Peringatan hari AIDS sedunia yang jatuh pada hari ini itu bertujuan untuk mengingatkan kita bahaya virus mematikan ini. HIV/AIDS dan Narkoba saat ini sudah super daruratmi, karena bisa merusak masa depan kita dan pelanjut kita," tuturnya.
Menurut dia, setiap pendonor yang mendonorkan darahnya PMI, kualitas darahnya akan diteliti untuk diketahui apakah layak digunakan atau tidak. Dari pemeriksaan itu dapat diketahui pendonor menderita penyakit menular atau tidak, seperti HIV, Hepatitis, Malaria dan sipilis.
"Itulah mengapa penerima darah harus membayar, biaya tersebut adalah biaya penganti untuk proses pengolahan darah, pengadaan kantung, pemeriksaan HB, uji saring penyakit, uji cocok serasi, penggantian alat, pemeliharaan, dan biaya penunjang lainnya, bahkan PMI biasa harus mengeluarkan biaya lebih," ungkapnya.
http://nasional.rimanews.com/peristiwa/read/20151202/248437/Memprihatinkan-Penderita-HIV-AIDS-di-Makassar-Capai-7-000-Orang
Penderita HIV/AIDS di Cirebon Meningkat Tiap Tahun
Cirebon, HanTer - Penderita virus HIV/AIDS di Cirebon,
Jawa Barat, dari tahun ke tahun terus meningkat dan Komisi
Penanggulangan AIDS gencar mengadakan kaderisasi serta workshop kepada
masyarakat sekitar.
"Penderita HIV/AIDS pada tahun 2014 ada 674 orang dan tahun ini sudah
meningkat yaitu menjadi 690 lebih," kata Sekretaris Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Cirebon Sri Maryati di Cirebon, Sabtu (7/11).
Peningkatan penderita virus tersebut didominasi oleh usia produktif
yaitu dari umur 15 tahun sampai 38 tahun dan ini mencapai 60 persen dari
keseluruhan penderita HIV/AIDS.
"Ada 23 remaja penderita virus tersebut dan ini merupakan hasil
penularan melalui hubungan sesama jenis dan hubungan seks yang beresiko,
akan tetapi jumlah yang paling mendominasi yaitu umur antara 15-38
tahun," ujarnya.
Dengan meningkatnya penderita, pihaknya bekerjasama dengan berbagai
lembaga untuk sosialisasi bahya virus tersebut dan juga pihaknya
menjadikan beberapa golongan masyarakat termasuk remaja untuk bergabung
menjadi kader Penanggulangan dan Pencegahan AIDS.
Kaderisasi itu bertujuan untuk sosialisasi kepda masyarakat yang
terindikasi maupun yang belum agar bisa memeriksakan juga menjauhi
bahayanya virus tersebut.
"Kami adakan workshop kepada remaja yang ada disekitar Cirebon dan juga utusan dari kampus sekitar," tuturnya.
Ia berharap dengan adanya kader Penanggulangan dan Pencegahan AIDS
angka penderita semakin bisa ditekan lagi, karena menurutnya sudah ada
55 nyawa yang mati sia-sia terkena virus itu.
"Kami berharap angka kematian bisa ditekan yang mana sekarang ini
jumlahnya sudah mencapai 55 orang yang mati terkena virus HIV/AIDS,"
tambahnya.
(ruli)
http://www.harianterbit.com/hanterhumaniora/read/2015/11/07/46813/40/40/Penderita-HIVAIDS-di-Cirebon-Meningkat-Tiap-Tahun
Naudzubillah, Jumlah Penderita HIV/AIDS di Indonesia Terus Meningkat
Adakah obat untuk HIV
- Penghambat Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)
- Penghambat Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)
- Penghambat Protease (PI)