Saturday, September 26, 2015

Kualitas udara Kalimantan dan Riau berbahaya

Perahu bermotor melintas di sekitar Jembatan KH Hasan Basri Sungai Barito yang diselimuti kabut asap di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Rabu (9/9/15). (ANTARA FOTO/Kasriadi) ()
Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) di beberapa kota di Kalimantan dan Riau berada pada level berbahaya, Sabtu.

Hingga pukul 14.00 WIB, ISPU di sejumlah kota tercatat jauh di atas ambang batas minimum level berbahaya yaitu 350. ISPU di Palangkaraya tercatat 1.912 gram per meter kubik, Pekanbaru 401 per meter kubik, Pontianak 602 per meter kubik, Kampar 419 per meter kubik, Bengkalis 429 per meter kubik, dan Siak 527 per meter kubik.

"Sementara ISPU di Jambi tidak termonitor karena alatnya rusak. Sedangkan di Banjarbaru ISPU tercatat 66 per meter kubik dan di Samarinda 98 per meter kubik atau level sedang," kara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho pada Antaranews di Jakarta, Sabtu.

Memburuknya kualitas udara berakibat pada memburuknya jarang pandang di Palangkaraya sejak tadi pagi hingga siang yang tercatat hanya 50-300 meter. "Asap sangat pekat dan siang hari cuaca terlihat kuning kecoklatan. Jarak pandang di Pekanbaru 500 m, Kerinci 400 m, Jambi 300 m, Palembang 1.500 m, Pontianak 2.500 m, Sintang 400 m, dan Banjarmasin 8.000 m," kata Sutopo.

Kualitas udara yang buruk berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Hingga say ini penderita ISPA di Pekanbaru 34.846 jiwa, Jambi 31.191 jiwa, Sumsel 22.855 jiwa, Kalbar 21.130 jiwa, Kalteng 4.121 jiwa sejak tiga hari yang lalu, dan Kalsel 53.428 jiwa.

Sementara itu, kualitas udara di Singapura sudah mulai membaik. Sepanjang hari pada Jumat (25/9) kualitas udara di Singapura pada level sangat tidak sehat hingga berbahaya yaitu 267- 322 Particulate Standard Index (PSI).

"Berbeda dengan Indonesia, Singapura menggunakan ambang batas kualitas udara yang lebih ketat yakni jika tercatat lebih dari 300 PSI, maka udara dinyatakan berbahaya. Pada Sabtu (26/9) pukul 15.00 WIB, kualitas udara berkisar 90-107 PSI atau sedang," kata Sutopo.

Operasi darurat asap terus dilakukan, baik melalui udara, darat, penegakan hokum dan sosialiasi. Meaki demikian, kebakaran masih terus berlangsung. "Ada dua penyebab yaitu api lama yang sudah padam, menyala kembali karena ada di lahan gambut. Yang kedua adalah dibakar lagi. Berdasarkan laporan di lapangan maupun pantauan satelit terlihat bahwa titik-titik api ada di daerah baru maupun daerah lama," kata Sutopo.
Pewarta: 
Editor: Suryanto
http://www.antaranews.com/berita/520232/kualitas-udara-kalimantan-dan-riau-berbahaya

Tahun Ini, Kabut Asap Paling Menakutkan Sepanjang Massa


Jambi,JAMBISATU.com - Sejumlah warga menilai bencana kabut asap tahun ini, terparah sejak 1997 lalu.
Hal ini karena tahun ini merupakan kebakaran terluas di Jambi yang mendekati angka 15 ribu hektare dengan titik api hampir 1.000 titik selama tiga pekan terakhir. Selain itu, juga melibatkan lebih dari 13 perusahaan yang disinyalir pembakar lahan.
Bencana kabut asap kali ini, juga telah menelan korban jiwa dan membuat hampir 30 ribu orang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Hal ini dipicu tingkat pencemaran udara yang mendekati angka 500 PSI.
Selain itu, tidak pernah bandar udara Sultan Thaha Jambi mengalami kelumpuhan lebih dari seminggu, namun kali ini hampir sebulan lumpuh total. Karena menurut BMKG, Kota Jambi daerah terpapar kabut asap paling parah, maka ini pendapat masyarakatnya.
Ibu Anti (52), warga yang tinggal dekat bandara sejak 1979 menuturkan sudah lebih dari 5-7 tahun terakhir, kabut asap mulai rutin terjadi.
“Tahun ini saya takut menghadapi kabut asap, tidak seperti sebelumnya, abunya begitu terasa ketika bernafas. Sangat bahaya dan asapnya paling pekat,” ujarnya.
Pemerintah memang tidak bekerja secara optimal mencegah kebakaran maupun menegakkan hukum terhadap pembakar lahan. Alhasil, pelaku tidak pernah jera, dan kabut asap akan terus berulang.
“Ya cucu saya diungsikan ke Padang, yang aman dari kabut asap. Bahaya, asapnya mengandung abu sisa pembakaran,” jelasnya.
Hal yang sama juga diungkap Ibu Siti (62), tinggal di seputar bandara sejak 1967. Dirinya menuturkan kabut asap tahun 2015 ini baginya yang terparah kedua kalinya setelah tahun 1997 di Kota Jambi.
“Kabut tahun ini parah sekali, saya punya cucu masih SMP, dia harus libur sekolah dalam 2 minggu terakhir, sedangkan tahun lalu tidak selama ini,” ungkapnya.
Saking parahnya, banyak tetangganya yang ketakutan, sehingga mengungsi ke Bengkulu yang tidak tersentuh asap.
“Kalau bisa pemerintah jangan sibuk kampanye, rakyat sudah menderita. Kalau yang sudah tua tidak masalah dan sudah biasa, tapi kasian anak kecil,” tutupnya. (*)
Reporter: Rendra Hariono
Editor: Wendy

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews