Thursday, September 10, 2015

Semangat Hidup Pengungsi Suriah

Sebuah upaya seorang fotografer dari sisi spontanitas naluri kemanusiaannya....

Gissur Simonarson, dia mengarahkan kamera menangkap garis wajah penuh derita dan tatapan penuh harap lelaki pengungsi Suriah itu, serta sang putri yang seolah ingin selalu bersamanya.

Simonarson memposting hasil jepretannya di media sosial, dan berkampanye. Dalam sekejap ia memperoleh 6.000 pengikut. "Ini gambar sangat emosional," kata Simonarson kepada CNN. "Lihat wajah lelaki itu dan caranya menjajakan pena yang menjadi harapan hidup."

Dalam beberapa jam, permintaan mengalir dari seluruh dunia agar membantu sang pedagang asongan. Simonarson tidak tahu siapa yang mengambil fotonya dan melakukan kampanye penggalangan dana.

Simonarson melakukan kempanye kedua, yaitu pencarian. Ia menulis di media sosial untuk meminta kepada siapa saja, yang menemukan lelaki itu, menghubunginya.

Setelah dua hari pencarian, Carol Malouf, aktivis lainnya, menemukan lelaki dalam foto itu.
Lelaki penjaja pulpen itu adalah Abdul Halim Attar Putri yang digendongnya bernama Reem.

"Reem datang kepada saya dan meminta selfie," tulis Malouf. "Seorang gadis yang cantik, yang butuh rumah penuh cinta."

Kampanye untuk membantu Abdul dan Reem kian gencar. Simonarson menargetkan 5.000 dolar AS, dan hanya perlu 30 menit untuk mencapainya. Menit-menit berikutnya, bantuan terus mengalir dan mengalir, sampai mencapai 104 ribu dolar AS.

Abdul adalah orang tua tanggal yang harus membesarkan dua anak. Ia berasal dari Yarmouk, kota paling menderita dalam konflik Suriah.

Yarmouk tidak hanya medan tempur tentara Suriah dan pemberontak, tapi tiga kekuatan lain; ISIS, pengungsi Palestina, dan kelompok yang berafiliasi ke Al Qaeda.

"Kampanye ini membuktikan rasa kemanusiaan belum hilang dari muka bumi," ujar Simonarson.

Ketika Abdul mendengar jumlah bantuan untuk dirinya, dia menangis dan menangis. Simonarson menulis tangis Abdul adalah ungkapan rasa syukur tak terhingga.

Sebelum perang berkecamuk, Abdul adalah pekerja pabrik cokelat di Yarmouk. Ia kini satu dari empat juga pengungsi Suriah yang melanjutkan hidup di Turki, Yordania, dan Lebanon. Ribuan lainnya berusaha mencapai Eropa dengan bertaruh nyawa.

Rasa syukur Abdul tak hanya terlampias lewat tangis, tapi janji membantu pengungsi lain dengan uang yang diperoleh.

"Terima kasih kepada semua," ujar Abdul seraya melihat Reem dengan senyum. "Saya akan menggunakan uang ini untuk menyekolahkan anak saya dan membantu pengungsi lain."

Sebuah pelajaran berharga tentang arti kemanusiaan. 

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews