JAKARTA, Berita HUKUM - Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) membagikan enam tips penanganan bencana besar kepada
dunia. "Aceh, Nias, dan Yogyakarta telah menjadi model dan saksi dalam
penanganan bencana besar," kata Presiden SBY dalam pidatonya pada
konferensi internasional "Lessons from Indonesia's Experience in
Reconstruction and Preparedness" di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta
Barat, Senin (12/11) siang.
Konferensi itu digelar dalam rangka menjelang berakhirnya Multi Donor Fund(MDF) for Aceh and Nias dan Java Reconstruction Fund (JRF) pada Desember 2012.
Presiden SBY menguraikan enam tips penanganan bencana besar tersebut meliputi:
Pertama, kecepatan dan ketepatan dalam pengelolaan bencana, mengedepankan sense of urgency.
Kedua, penyebaran informasi dan komunikasi publik yang cepat, akurat dan tepat, terutama untuk mendukung penyaluran bantuan yang terbuka dan tepat sasaran.
Ketiga, koordinasi pada seluruh tahapan penanggulangan, mulai respon tanggap darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.
Keempat, kepemimpinan yang handal.
Kelima, mekanisme pendanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi yang transparan, dan professional.
Keenam, kesiapsiagaan yang bertumpu pada kemampuan sumber daya manusia, partisipasi masyarakat, dan alat-alat penunjang, agar mitigasi bencana dapat dilakukan secara cepat dan maksimal.
Bencana besar yang dialami Indonesia, menurut Presiden SBY, telah mengubah paradigma pengelolaan bencana.
"Dari semula hanya berupa respon tanggap darurat yang kemudian diikuti dengan rekonstruksi dan rehabilitasi, kini ditambah dengan pengurangan risiko bencana," kata Presiden SBY.
Presiden mengungkapkan bahwa Indonesia terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Dengan teknologi, Indonesia telah membangun sistem peringatan dini tsunami, cuaca dan iklim.(skb/bhc/opn)
Konferensi itu digelar dalam rangka menjelang berakhirnya Multi Donor Fund(MDF) for Aceh and Nias dan Java Reconstruction Fund (JRF) pada Desember 2012.
Presiden SBY menguraikan enam tips penanganan bencana besar tersebut meliputi:
Pertama, kecepatan dan ketepatan dalam pengelolaan bencana, mengedepankan sense of urgency.
Kedua, penyebaran informasi dan komunikasi publik yang cepat, akurat dan tepat, terutama untuk mendukung penyaluran bantuan yang terbuka dan tepat sasaran.
Ketiga, koordinasi pada seluruh tahapan penanggulangan, mulai respon tanggap darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.
Keempat, kepemimpinan yang handal.
Kelima, mekanisme pendanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi yang transparan, dan professional.
Keenam, kesiapsiagaan yang bertumpu pada kemampuan sumber daya manusia, partisipasi masyarakat, dan alat-alat penunjang, agar mitigasi bencana dapat dilakukan secara cepat dan maksimal.
Bencana besar yang dialami Indonesia, menurut Presiden SBY, telah mengubah paradigma pengelolaan bencana.
"Dari semula hanya berupa respon tanggap darurat yang kemudian diikuti dengan rekonstruksi dan rehabilitasi, kini ditambah dengan pengurangan risiko bencana," kata Presiden SBY.
Presiden mengungkapkan bahwa Indonesia terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Dengan teknologi, Indonesia telah membangun sistem peringatan dini tsunami, cuaca dan iklim.(skb/bhc/opn)
0 comments:
Post a Comment